Ruangan latihan itu nampak lengang. Hanya ada Retha yang nampak meregangkan kakinya sambil mematut di depan cermin besar di ruangan itu. Raut wajahnya nampak memikirkan banyak hal. Evaluasi latihannya hari itu, masih jauh dari sempurna. Pirouettenya masih belum on point.
Berkali kali ia mencoba putarannya tapi masih ada koreksi dari Miss Dyna. Ia panik karena pertunjukannya sudah di depan mata. Ia tidak punya waktu lagi untuk menunda memperbaiki tariannya. Setelah sekian lama ia bergabung di dance company ini, ia mendapat kan role dancer yang penting. Ia tidak boleh gagal kali ini
***
Hari-hari Retha hanya habis di ruang latihan dan apartment yang tengah disulapnya sebagai tempat latihan. Pagi malam, ia mengesampingkan rasa lelahnya.
Sampai sore itu tragedi terjadi. Retha dan teman-temannya tengah latihan. Ia mencoba ansamble koreografi dengan full teamnya. Tiba-tiba saat ia melakukan pirouette, Retha salah mengambil tumpuan dan terjatuh. Teriakan kesakitan Retha menggema di ruangan itu.
Miss Dyna dan crewnya nampak panik. Mereka segera membawa Retha ke IGD.
***
Ruangan berdinding putih itu nampak suram, hanya ada satu tempat tidur di sana. Gadis muda yang terbaring di tempat tidurnya nampak memandang jauh ke luar jendela. Air matanya nampak mengalir dalam diam.
***
"Dengan kondisi tulang kaki kirinya seperti itu, saya rasa dia tidak mungkin menggunakannya sementara waktu. Terutama untuk gerakan beresiko saat ia menari. Kalau sampai sekali lagi cedera, say khawatir, dia tidak akan bisa berjalan" jelas dokter Jean pada ibu Retha. Penjelasan dokter itu cukup membuat ibunya shock.
***
"Retha mau tetap menari bu. Ibu tahu kan bagaimana perjuangan Retha. Ini yang Retha tunggu bu" Retha histeris dan menangis sambil terus meracau.
***
Ruangan pertunjukan itu sudah penuh dengan penonton. Ada ibu Retha di kursi baris terdepan. Dari matanya nampak cemas melihat ke arah panggung.
Lampu ruangan mati dan disambut lampu sorot ke panggung. Satu persatu ansamble tarian muncul. Retha nampak anggun dengan baju, riasan, dan rambutnya yang ditata indah. Gerakannya gemulai membuat penonton menahan nafas. Kisah perjuangan Retha untuk pulih telah menjadi rahasia umum.
Dan ketika lampu sorot panggung mati, gedung pertunjukan itu dipenuhi suara gemuruh tepuk tangan. Layar turun. Di balik layar Retha terjatuh pingsan.
Ia, telah mewujudkan impiannya. "Aku rela kehilangan apapun untuk malam ini.
Heh Retha jangan pingsan tolong banget heh siapapun tolong angkut Retha 😭😭😭☝🏻
ReplyDeleteKok sedih aku bacanya. Mengingatkanku pada salah satu adegan drama korea yg sedang aku tonton.
ReplyDeleteHem kasian retha, tapi lebih kasihan ke ibunya .karena jadi ibu juga serba bingung .mau melarang takut menjatuhkan impiannya .tp kalau anaknya kenapa-kenapa bahkan fatal sampai cacat pasti ibunya juga yang kesusahan dan kepikiran lagi. Huhu
ReplyDeleteRetha kalau benar-benar belum pulih jangan dulu baletnya. Kasihan Ibu :')
ReplyDeleteMenyedihkan, namun itu respon yg wajar. Siapa sih, yg nggak sedih bila mimpinya tidak terwujud? Karena itu, respon memaksakan diri, hal yg dilakukan orang
ReplyDeleteKeren sih retha walaupun cedera tapi masih punya tekad untuk bisa menampilkan tampilan yang sudah dilatih mati matian
ReplyDeleteperjuangan yang membuahkan hasil, tetapi jangan sampai kehilangan kesehatan Retha
ReplyDeleteAh, Retha kenapa memaksakan diri. Jadi ikut nyesek
ReplyDeleteRetha TT-TT Sedih sekali bacanya, bahkan Retha bersedia kehilangan apapun itu untuk dedikasinya dalam menari TT-TT
ReplyDelete