Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts

Sunday, December 22, 2019

Ini Nih Resep untuk Moms Anti Baper



Annyeonghaseyo yorobuun

Hai hai hai… Selamat Hari Ibu yah untuk semua Moms yang ada di dunia dan membaca blog ini. Menjadi Moms bukan hanya seseorang yang melahirkan seorang anak. Tapi juga bagi mereka para perempuan yang mencurahkan perhatian, kasih sayang, ilmu atau segala yang dia miliki untuk orang lain. Mereka juga layak disebut Moms dan mendapatkan penghargaan malam ini.

Neng tuh sadaaar banget tugas sebagai Moms itu mahaaaa dahsyat dan melelahkan. Baik itu Moms bekerja atau Moms rumah tangga, keduanya memiliki tantangan dan tanggung jawab masing-masing. Di tengah perjuangan setiap hari yang terkesan tanpa henti itu, kadang seorang Moms dituntut untuk selalu siap dan siaga untuk segala hal. Entah itu pekerjaan rutin Moms rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak-anak, mengatur keuangan rumah tangga, mengurus kebutuhan suami, dan banyak lagi. Atau bagi Moms bekerja harus profesional menyelesaikan tanggung jawab kerja di kantor, tapi masih kepikiran apa yang terjadi di rumah, lelah pulang kerja masih harus menyiapkan energi ekstra dan full untuk mengurus rumah, bertemu anak-anak, mengurus suami, dan lain lain.

Melelahkan ya moms? Moms semuanya luar biasa loh, neng saluuut banget…

Menghadapi tantangan dan tanggung jawab yang besar setiap harinya pasti sangat melelahkan, menguras energi, tenaga, pikiran, dan emosi. Pernah gak sih saking capeknya karena rutinitas setiap harinya, Moms merasa bapeeerr banget. Kalo pernah, jangan berkepanjangan moms… Karena Moms yang bahagia itu sumber kebahagiaan keluarga dan rumah. Bagaimana tuh ceritanya kalo Ibunya baper mulu, moody, anak anak pasti juga ikutan suntuk kan di rumah.

Neng ada beberapa resep jitu untuk membuat baper Moms pergi wush wush wusshh jauuh bangeet. Mau tahu? Yuk simak di bawah ini.

Bikin To Do List Harian
Membuat to do list harian secara disiplin ini sangat membantu Moms untuk menjalani rutinitas harian. Moms bisa memperhitungkan berapa lama durasi tiap perkerjaan sehingga kita bisa tahu pekerjaan mana yang urgent dikerjakan lebih dulu. Selain itu dengan membuat to do list kita bisa juga mempertimbangkan waktu istirahat.
Menyelipkan waktu istirahat ini penting untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran Moms dari penat. Nah selain itu, fungsi to do list ini juga membantu moms lebih kreatif membuat kegiatan di rumah atau pekerjaan di rumah lebih variatif dan menyenangkan. Coba deh bikin to do list harian di malam sebelumnya untuk pekerjaan esok hari. Dan disiplin dengan timeline yang dibuat, memang kejadian sehari-hari bisa unpredictable. Tetapi setidak terduganya pekerjaan di hari itu, paling tidak kita punya pegangan to do list, mana yang bisa dikurangi, ditunda, atau digeser waktunya.
  
Libatkan Anak dan Suami untuk Menghidupkan Rumah
Kalau sudah ada to do list harian, saatnya untuk melibatkan “orang rumah” untuk menciptakan rumah lebih bahagia dan homey. Melibatkan anak dan suami untuk ikut berpartisipasi menghidupkan rumah ini penting banget untuk kesehatan mental dan batin moms heheheh… Peranan mereka bukan sekedar berbagi tugas rumah yah. Tapi lebih dari itu, membuat mereka merasa terikat dan ikut bertanggung jawab membuat rumah lebih menjadi nyaman ditinggali bersama.

Misal, mengajarkan anak sedari kecil membereskan mainannya setelah bermain, meletakkan pakaian kotor setelah dipakai di tempatnya, atau hanya sekedar belajar sikat gigi atau pup sendiri. Kalau anak belajar mandiri dari kecil, dia cenderung gak terlalu merepotkan moms. Tapi namanya anak pasti ada momen manja ya moms, thats okay. Yang penting moms mulai dini mengajarkan mereka untuk melakukan hal hal kecil yang bisa ia lakukan.

Selain itu, melibatkan anak dan suami untuk menghidupkan rumah bisa juga dengan membuat kegiatan bersama di rumah yang menyenangkan. Misal, bermain drama bersama sambil membaca buku cerita, indoor camping barengan, memasak bareng, dan masih banyak kegiatan lainny. Intinya mah gimana moms kreatif bikin anak sama suami selalu kangen ama rumah lah.

Hectic? Alihkan Fokus Sesaat 
Misal nih, dari pagi sampai siang moms hectic banget ama kerjaan di rumah. Coba deh alihkan fokus sesaat, bisa dengan cara apa saja. Salah satu yang bisa dilakukan, kalau moms seorang muslim bisa dengan sholat. Di waktu sholat ini berikan waktu lebih panjang untuk berdiam diri dan menenangkan diri. Ini buat neng ampuh melepaskan stress dan menenangkan diri saat suasana hectic.

Cara lain yang bisa moms lakukan bisa dengan menyeduh teh dan meminum teh sambil duduk. Atur nafas dengan perlahan, sesekali pejamkan mata sejenak. Tidak perlu lama cukup 5-10 menit, relaxkan pikiran dan tubuh sesaat. Kalau sudah relax, moms bisa lanjutkan pekerjaan rumah sesuai to do list yang sudah dibuat.

Selipkan Me Time, Paling Tidak Sebulan Sekali
Untuk me time ini agak tricky solution karena neng akui moms di luar sana pasti kesulitan memiliki waktu me time. Mungkin karena kesibukan atau memang anak-anak yang ga mungkin ditinggal begitu saja, entah itu dititipkan ke suami yang libur, atau orang tua, atau sekedar ART di rumah. Tapi, menyelipkan waktu me time di tengah rutinitas harian moms itu berguna banget untuk mengusir kebaperan moms loh.
Apa saja bentuk me time nya? Apa saja yang membuat moms benar-benar relax dan refresh. Bisa dengan perawatan tubuh ke salon, melakukan hobi moms, nonton film, ketemu teman-teman, belanja, atau apa saja kegiatan yang mengisi energi moms untuk penuh lagi. Gak harus dikerjakan di luar rumah, misal mau bikin kegiatan di dalam rumah yang beneran bisa me time ala moms pun bisa. Coba deh cari tahu apa saja kegiatan yang moms sukai yang kalau moms kerjain moms bisa refresh banget setelahnya. Then do it.

Di atas beberapa resep jitu ala neng yah Moms. Semoga bermanfaat. Yang patut diingat sih, kalau moms bahagia, anak anak dan suami juga pasti bahagia. Suasana rumah juga pasti lebih menyenangkan. Kalau sudah demikian, moms akan jauh lebih bahagia kan?

Jangan lupa bahagia


    


Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'  

Friday, December 20, 2019

Perlukah Kita Waspada tentang Baby Blues Syndrom?




Annyeong haseeyoo Yorobuun

Belakangan ini, isu tentang kesehatan mental dan masalah psikologis marak dibicarakan. Termasuk tentang baby blues syndrom atau dikenal juga dengan istilah postpartum distress syndrom. Jika dulu orang terkesan tabu membahas tentang masalah kesehatan mental atau psikologisnya entah kepada dokter atau orang orang terdekat, kini agaknya banyak orang mulai terbuka. Bahkan membahasnya di depan umum, dikaji dalam seminar atau talk show atau sekedar berbagi dengan orang orang terdekat.

Hal ini tentu dampak dari semakin tingginya kesadaran banyak orang akan permasalahan kesehatan mental. Terlebih baby blues syndrom ini layaknya gunung es. Jumlah kasus yang muncul di permukaan masih sedikit jika dibanding banyaknya jumlah ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan di luaran sana. Kebanyakan dari mereka bukan tidak mau berkonsultasi atau mencari bantuan, tapi kadang alasannya sesederhana karena mereka atau kita sendiri tidak menyadari dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi.

Sebenarnya apa sih baby blues syndrom itu?

Baby blues syndrom sendiri banyak diartikan sebagai sebuah kondisi psikologis dan emosional yang dialami oleh seorang ibu setelah mengalami proses melahirkan. Ibu yang mengalami baby blues syndrom cenderung merasakan emosi, merasa lelah fisik dan mental yang berlebihan, lebih sensitif dari sebelumnya.

Apakah semua ibu mengalami baby blues syndrom setelah melahirkan? Tidak semuanya, namun menurut data yang dikaji di berbagai negara menunjukkan 50-75% ibu mengalami baby blues syndrom. Data ini termasuk yang terjadi di Indonesia. Namun, beberapa ahli menyebutkan di Indonesia jumlah temuan kasus baby blues syndrom ini belum seberapa.
Dalam sebuah artikel di Kompas, Psikolog Fonda Kuswandi, S.Psi., yang juga praktisi hypno-birthing, hypnobreastfeeding, dan hypnoparenting menyatakan setelah melahirkan, hormon-hormon kehamilan menurun drastis. Lalu, diganti dengan produksi hormon-hormon untuk menyusui. Fluktuasi hormonal dalam tubuh inilah yang dapat menimbulkan efek kurang nyaman. Alhasil memicu perasaan-perasaan negatif.

Kondisi ini kemudian diperparah dengan perasaan bersalah terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Kurangnya edukasi tentang bagaimana peran peran sebagai ibu, rasa takut salah memperlakukan anak yang baru dilahirkannya, depresi karena merasa lelah sendirian, dan banyak emosi negatif lainnya.

Namun, sedikit dari ibu yang mengalami baby blues syndrom ini berkonsultasi ke psikolog atau psikiater karena minimnya kesadaran dari supporting system dari ibu yang baru melahirkan itu juga. Di Indonesia, masih ada kultur yang menganggap biasa perubahan emosional pada ibu setelah melahirkan. Serta edukasi tentang sindrom ini ataupun permasalahan kesehatan mental lainnya masih belum merata diterima oleh masyarakat.

sumber : tempo.co


Apa tanda tanda seorang ibu mengalami baby blues syndrom?

Yang paling jamak terjadi adalah perubahan emosional yang signifikan. Beberapa ciri yang sering ditemui sebagai berikut.
- Mudah sedih atau sedih berkepanjangan
- Perasaan bersalah
- Mudah marah
- Merasa terlalu lelah atau cepat lelah
- Merasa takut berlebihan
- Merasa kurang istirahat
- Perasaannya terlalu sensitif
Dan masih banyak ciri lainnya. Coba dicek deh apakah kita atau orang orang yang kita kenal mengalami ciri di atas. Kalau iya maka kemungkinan kita atau mereka mengalami baby blues syndrom.


Berbahayakah seorang Ibu yang mengalami baby blues syndrom? Dan bagaimana cara terbaik menanganinya?        

Berbahaya atau tidak sangat bergantung pada bagaimana kesadaran si ibu. Apakah ia menyadari jika apa yang dialami itu sesuatu sindrom yang memerlukan penanganan? Apakah ia mampu mengendalikan emosi atau pikiran negatif yang ia rasakan? Namun, yang menjadi bahaya adalah ketika dia tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Serta lingkungan sekitarnya tidak memberikan dukungan positif ini akan berpotensi terjadinya depresi berkepanjangan. Kita tentu ingat beberapa kasus yang muncul di permukaan seorang ibu yang membunuh anak yang baru ia lahirkan atau seorang ibu yang bunuh diri bersama anaknya. Ini adalah contoh kecil dari bahayanya baby blues syndrom yang tidak tertangani dengan benar.

Di sinilah peranan lingkungan sekitar sebagai supporting system penting. Suami, orang tua, keluarga, teman dan inner circle lainnya dari ibu yang baru melahirkan. Supporting system harus memahami tanda tandanya dan segera tanggap mendampingi, meringankan beban, dan terutama mencarikan bantuan medis. Ajak si Ibu berkonsultasi ke psikolog atau psikiater dan jangan pernah malu melakukannya. Ini juga pesan yang hendak disampaikan Film Korea Kim Ji-young Born 1982 yang diperankan oleh Gong Yoo dan Jung Yu-mi (ulasan film ini akan neng tuliskan di post berbeda), bahwa peran suami dan lingkungan sekitar saat penting dalam masalah kesehatan mental yang dialami oleh seorang istri. Jika memang sudah ada tanda-tanda, maka datang ke ahli untuk mendapatkan saran dan pertolongan medis adalah pilihan yang paling tepat.

Jadi, sekarang mulai peka pada apa yang terjadi pada diri kita sebagai seorang perempuan dan juga mungkin orang di sekitar kita. Semakin cepat masalah kesehatan mental atau baby blues syndrom ini diketahui maka dampak negatifnya akan sangat jauh berkurang.

Jangan lupa bahagia.  





Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'   


Friday, October 23, 2015

Tak Tepat Meletakkan Kebanggaan

Sore tadi saya berpapasan dengan "konvoi" motor yang membuat saya emosi. Bukan konvoi moge atau mobil mewah, kalau yang itu saya cuma eneg dan ga peduli asalkan tidak merampas hak pengguna jalan lain. Tapi sore ini, saya tak hanya sekedar eneg tapi emosi dan marah.
"Konvoi" yang sore tadi saya lihat, terdiri 3 motor. Masing masing motor ada yang berisi 2 dan 3 anak. Iya anak. Kalau dari pengamatan saya usia mereka antara 11-12 tahun, atau usia SD. Mereka tertawa, bercanda, sambil "mbleyer" motor.
Di kejadian lain, ada seorang ayah membanggakan anaknya yang bisa mengendarai motor di hadapan keluarganya. Dan anak itu masih usia SD. 
Di waktu dan tempat yang berbeda, tentu kita masih ingat kasus AQJ yang mengendarai mobil dan kecelakaan hingga menewaskan 12 orang kalau tak salah. Dan tentu kita tahu, saat itu AQJ masih di bawah usia memiliki SIM. Dan sang Ayah dan Ibunya mati matian membela anaknga hingga berani menanggung biaya hidup para korban.
Di lain tempat dan waktu, seorang ayah melabrak tetangganya yang bertabrakan dengan anak. Si tetangga dan si anak sama sama menggunakan motor. Anaknya bahkan belum lulus SMP, jelas ia tak memiliki izin mengemudi.
Dari beberapa fragmen yang saya sampaikan di atas, apa benang merah yang ingin saya sampaikan? Terkadang kita sebagai orang tua kerap kali membenarkan dan membanggakan kesalahan fatal yang dilakukan oleh anak atas nama kasih sayang. Padahal, kita lupa dengan memberikan izin anak di bawah umur mengendarai motor atau mobil, sama saja dengan mengizinkan mereka berbuat kriminal. 
Apa kita masih bangga dan membenarkan mereka saat mereka melakukan tindak kriminal? Iya kriminal. Karena jelas ada aturan yang menjelaskan tentang syarat seseorang memiliki izin mengemudi.
Apakah saya, Anda, kita, ingin melahirkan dan membesarkan anak anak dengan budaya permisif atas tindakan kriminal. Anak itu ibarat kertas kosong, putih bersih. Baik buruknya seorang anak bergantung pada orang tua dan lingkungan. Jangan sampai kita salah meletakkan kebanggaan pada hal hal yang tak sepatutnya dilakukan oleh anak. Apalagi jika apa yang mereka lakulan melanggar peraturan.

Salam
Neng Nunung

#30DWC #Day3