Saturday, March 23, 2024

Karya Sunyi

Siapa yang tak bangga jika namanya tertera sebagai penulis berbagai karya sastra laris di Indonesia. Nama besar penulis perempuan seperti Dee Lestari, Leila S Chudori, Ratih Kumala, Ruwi Meita, Ayu Utami, dan lain lain tentu jadi panutan semua penulis pemula. Tak terkecuali Rania. 

Tapi berbeda dengan penulis lain, Rania selama ini menulis dengan menggunakan nama pena. Ia menekuni dunia menulis sejak di bangku SMA, berarti itu sudah sejak 7 tahun lalu. Mulai dari menulis di surat kabar lokal dan nasional, majalah, menerbitkan buku antologi, buku indie, hingga di masa maraknya platform menulis online. Rania menekuni dunia menulis dan mencoba semua media tetap konsisten menggunakan nama pena. 

Bahkan yang menjadi bahan tertawaan dirinya sendiri, sahabatnya sendiri sangat menyukai cerita yang ditulisnya di platform menulis online, berkali-kali memuji cerita yang dibacanya di hadapan Rania tanpa tahu yang di hadapannya adalah penulisnya.

Seperti siang itu, Rania menerima email undangan dari salah satu platform menulis untuk hadir sebagai pembicara talkshow di sebuah cafe. Dia membalas email itu dengan permohonan maaf karena tidak bisa hadir, dia hanya bisa hadir melalui online seperti biasa. Tanpa ia harus menunjukkan diri. Tak lama setelah ia mengirim emailnya, handphone Rania berbunyi. Setelah menyapa, Rania nampak berbincang 

"Iya kak, mohon maaf seperti yang saya sampaikan di email. Saya bersedia hadir asalkan tidak harus menunjukkan diri. Bukan bermaksud untuk mengeksklusifkan diri, tapi ini sudah komitmen saya saat terjun di dunia kepenulisan. Pembaca hanya perlu tahu karya saya saja. Mohon bisa dipahami," jelas Raina.

Begitulah ia, berproses menjadi penulis dengan konsisten menulis, membagikan ulasan buku di sosial medianya, tapi tetap anonim. Pembaca dan audiens sosial medianya hanya tahu nama penanya, La Luna.

***

Setahun kemudian, novel tulisan La Luna jadi salah karya best seller nasional. Pembaca tidak hanya tertarik dengan ceritanya yang menarik tapi juga pada anonimitas La Luna. Ia sama sekali tak pernah muncul di publik. Di event perbukuan, diskusi, ataupun launching karyanya. Bahkan hingga berhasil menerbitkan karya di penerbit mayor pun, ia konsisten menjaga komitmennya tetap anonim dan hanya membiarkan karyanya yang muncul. Meskipun dirinya sunyi dari publisitas, tapi karyanya cukup berisik di tengah tengah pembaca dan dunia perbukuan.



#RWCODOPDay12

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024

Continue reading Karya Sunyi

Friday, March 22, 2024

Damar dan Geng Sanlatnya

Siapa yang masa kecilnya pernah ikut pesantren kilat di sekolah? Sepertinya hampir semua pernah merasakannya masa-masa menyenangkan itu. Rata-rata 3-7 hari kan yah pesantren kilatnya. Bahkan ada beberapa sekolah yang betul-betul mengajak siswanya ke pondok pesantren tertentu untuk merasakan atmosfer Ramadhan yang berbeda. Apa yang kita ingat tentang memori pesantren kilat dulu? Melakukan kegiatan bergembira dengan teman-teman atau malah penuh manyun menjalaninya. Kalau jawabannya adalah diisi dengan kegiatan yang seru dan menyenangkan berarti sama yang dirasakan oleh Damar dan teman-temannya.

Damar dan teman-teman sekolahnya akan menjalani pesantren kilat di sekolah selama 3 hari. Mereka menginap di sekolah selama 3 hari, menjalankan ibadah dan kegiatan sehari-hari bersama. Masing-masing tingkatan kelas bergantian menjalani pesantren kilat di hari yang berbeda. Dan pesantren kilat ini adalah kali pertama bagi Damar yang masih kelas 1 SD. 

Hari-hari sebelum pesantren kilat, Damar merengek ke bapak ibunya. Ia tidak mau menginap di sekolah. 

"Damar ga mau pesantren ibuuuu. Damar mau di rumah ajaaaa," rengek Damar. Ibunya hanya tersenyum melihatnya.

Ibu Damar kemudian mendekatinya, duduk di sampingnya dan memeluk Damar sambil mengusap kepalanya. 

"Damar kan katanya pengen hafal Al Quran nak, bener kan? Anggap aja ini kesempatan Damar untuk menghafal lebih fokus. Lagipula percaya deh sama ibu, nanti Damar di sana ketemu teman-teman pasti seneng," kata ibu menjelaskan. Damar masih merajuk ke ibunya bahkan saat bapaknya datang.

***

Di hari pesantren kilat, bapak dan ibu secara khusus mengantarkan Damar ke sekolah. Perbekalan secukupnya sudah disiapkan ibu sesuai ketentuan dari sekolah. Sejujurnya, Ibu Damar juga khawatir melepas anaknya. Tapi ia tidak menunjukkanya di hadapan anak kesayangannya. 

Dari jauh ibunya melihat Damar yang tadinya berjalan menunduk dan murung berubah ceria saat bertemu teman-temannya. Melihat itu ibu Damar pun tersenyum.

***

Setelah berbuka puasa, ayah dan ibu Damar berusaha menghubungi wali kelas Damar. Setelah bercakap-cakap sebentar, panggilan suara berubah menjadi panggilan video. Nampaklah suasana riuh di kelas. Terlihat Damar yang bercanda dengan teman-temannya sambil berbuka puasa. Tidak ada lagi wajah cemberut yang pagi tadi menghiasi wajahnya. Ibu Damar lega, paling tidak Damar punya pengalaman baru yang menyenangkan dengan teman-temannya di pesantren kilat.




#RWCODOPDay11

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024

Continue reading Damar dan Geng Sanlatnya
,

Kehidupan Setelah "Akhir Dunia"

Out of Control || N. Betty || Bhuana Sastra ||  Mei 2023 || 252 halaman || Baca di @gramediadigital

Rate : 5/5 ⭐

Jangan mencampuri urusan Tuhan, Nak. Manusia memang harus berusaha, semaksimal mungkin yang mereka bisa.

Tapi, ada hal-hal yang lebih baik tidak dicampuri. Kadang manusia tidak menyadari bahwa perbuatannya sudah terlalu jauh mencampuri kuasa-Nya. 

---

Mungkin ada di antara kita yang membayangkan bagaimana kehidupan setelah "akhir dunia". Kehidupan bagaimana yang akan dilalui setelah asteroid menghujam bumi seperti masa dinosaurus dulu. Apakah semua manusia musnah? Kurang lebih itu adalah ide yang yang coba diusung novel Out of Control karya N. Betty ini. 

Peristiwa tabrakan asteroid ke bumi sudah dapat diperkirakan oleh ilmuwan di masa itu. Termasuk ayah Jezamorc, Korav Minns, yang merupakan peneliti terkemuka di Metronesia. Diceritakan saat itu bumi tidak seperti sekarang. Efek mencairnya es di bumi mengakibatkan permukaan laut naik, beberapa daratan benua hilang. Sebagian menyatu membentuk koloni benua dan negara baru. Metronesia adalah negara koloni baru yang terbentuk dari peristiwa itu. 

Menariknya saat awal-awal membaca novel ini, memori otak saya seperti menggabungkan scene scene di film 2012 tentang kiamat itu juga dengan isu global yang menyebut banyak konglomerat dunia tengah menyiapkan bunker di beberapa lokasi. Di novel ini digambarkan orang-orang tertentu mendapatkan privilege untuk diselamatkan menuju bunker yang disebut area 427-B. Keluarga Jez adalah salah satu yang mendapatkan privilege itu.

Peristiwa tabrakan asteroid itu tidak hanya menghancurkan sebagian dunia tapi juga dunia Jez. Ayahnya yang seorang peneliti meninggal di laboratoriumnya karena bunker labnya hancur. Setelah mereka akhirnya bebas keluar dari bunker untuk memulai hidup baru, Jez juga kehilangan ibunya.

Novel ini menggambarkan perjuangan Jez sebagai peneliti untuk menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit ibunya, alzeimer. Tapi di antara perjuangannya itu banyak yang ia korbankan. Fase-fase grief juga terlihat pada karakter Jez. Apakah pada akhirnya ia menemukan obat alzheimer bagi ibunya? Menarik untuk dibaca.

Penulis berhasil menghadirkan cerita dan latar cerita yang menurut saya tidak biasa. Imajinasi pembaca dibawa melanglang buana ke dunia baru. Gaya penceritaanya juga menarik, tema-tema berat yang dihadirkan dengan cara yang menarik dan ringan untuk dibaca. Penyuka cerita fantasi atau science fiction pasti suka karena ada alternatif novel karya penulis Indonesia.


Continue reading Kehidupan Setelah "Akhir Dunia"

Thursday, March 21, 2024

Payung Hitam


14 Mei 1998

Hari itu dimulai seperti hari-hari biasanya. Ibu tengah sibuk memasak di dapur, ayah memanasi mobil di depan. Tidak ada yang berbeda dari hari sebelumnya. Tapi wajah mereka menyiratkan berbeda. Raut kecemasan di wajah ayah, ibu, juga Arga yang baru keluar kamar tampak jelas.

Sayup-sayup terdengar berita dari televisi. Beberapa aksi massa dan kerusuhan terjadi di ibukota dan beberapa kota lainnya di Indonesia. Ibu menolehkan pandangan ke arah televisi. Nampak ayah ternyata sudah duduk menyimak liputan itu di televisi.

"Arga, menurut ayah lebih baik kamu di rumah saja hari ini. Ayah tidak mau ambil resiko kalo kamu terluka saat aksi nanti," kata Ayah sambil terus menyimak berita.

Arga yang tengah duduk di meja makan terdiam. Ia menyuap nasi goreng buatan ibu yang hari itu entah mengapa begitu lezat. "Pelan-pelan makannya nak, kalau kurang tambah saja nasinya," kata ibu sambil mengelus rambut Arga. Arga pun tersenyum pada ibu.

"Tapi Yah, gerakan hari ini yang menentukan perjuangan kami selama ini. Izinkan Arga berangkat ya Yah. Arga janji akan jaga diri. Begitu situasi tidak terkendali, Arga akan mundur," kata Arga berusaha meyakinkan Ayahnya.

Mendengarnya, Ayah Arga lama memandangi wajah anak satu-satunya itu. Pandangan Ayah Arga lantas berpindah ke istrinya yang jelas menampakkan raut khawatir. Ia lantas menghembuskan nafas panjang. Ia menguapkan segala kekhawatirannya. 

"Pastikan jaga diri baik-baik ya nak. Jangan memprovokasi atau terprovokasi. Kamu tahu, suasananya saat ini tengah genting kan. Pergilah dan pulang dengan keadaan baik-baik saja," ayah Arga akhirnya mengizinkan anaknya pergi. Arga pun berpamitan dengan ayah ibunya. Ia pergi mengendarai motor kesayangannya Honda Supra X 100. Ayah dan ibunya memandangi punggung Arga saat ia pergi hingga menghilang di tikungan jalan.

****

Perempuan tua itu nampak kuyu dengan pandangan sayunya menatap kosong ke jalanan di depan rumahnya. Payung hitam yang ia bentangkan menutupinya dari gerimis malam itu. 

"Mengapa kamu tidak pulang-pulang nak, ibu menunggumu datang. Ibu sudah siapkan masakan kesukaanmu nak. Ayahmu telah pergi mendahului ibu, bahkan hingga di nafas terakhirnya namamu yang disebutnya. Kemana lagi ibu menanyakan keberadaanmu nak? Aksi Kamisan kami pun sepertinya hanya dianggap tarian boneka tanpa arti. Padahal ibu dan keluarga lainnya hanya ingin bertanya keberadaanmu juga orang-orang hilang lainnya. Kalau memang kamu sudah tiada, ibu ikhlas nak, asalkan mereka bisa tunjukkan dimana jasadmu dikuburkan. Tapi tenang saja Arga anakku, ibu akan bertahan menunggumu selama nafas ini masih terhembus." 


#RWCODOPDay10

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading Payung Hitam

Wednesday, March 20, 2024

Asal Bukan Gemini?

Suasana kantin di SMA 101 nampak riuh seperti biasanya di jam istirahat. Para siswa nampak duduk saling berkelompok. Mereka bercanda, makan, dan saling bertukar gosip mungkin. Termasuk Dea dan teman temannya.

Semangkok seblak yang menggugah selera nampak siap disantap Dea.

"Eh kalian pada tahu ga ada anak baru loh. Tadi gue lihat dia ama ibunya jalan ke ruang kepsek," cerocos Mila.

"Sok tau lu, mana tahu cuma tamu kepsek doang." sanggah Dian.

Dea nampak sibuk dengan seblaknya. Sementara dua temannya itu nampak sibuk mempertahankan argumen. 

"De, lu diem bae. Ga minat ama anak baru?" tanya Mila.

"Absurd lu Mil, mana gue tahu mau minat apa kagak. Lihat aja belom. Lagian alesan aja lu pake nanya gue minat apa gak. Palingan ntar lu embat sendiri," jawabku sambil asik menyeruput kuah seblak yang pedesnya gila.

"Gak, kali ini gue kasih kesempatan lu maju. Mana tahu predikat jomblo abadi lu berakhir," tukasnya.

"Hahahha bener ya. Tapi ogah ah, pastiin dulu bukan Gemini. Kalo Gemini gue mundur aja," selorohku.

"Lah lok mundur?" Tanya Dian.

"Gemini ribet, bakal makan ati gue kalo ama gemini." Jawabku singkat.

"Hahahaha lu percaya teorema astrologi gitu? Kirain gue lu ga percaya zodiak." Jawab Dian kemudian.

"Gaya lu pake bahasa teorema segala. Trauma ama Gemini sih Dea mah. Tau sendiri menurut teorinya Gemini selalu tebar pesona ke sana sini," jelas Mila yang disambut anggukan Dea. 

"Pokoknya asal bukan gemini, gue pepet dah gass terus," jawabku mantap.

****

Dea nampak berlari lari mengejar waktu sebelum gerbang sekolah dikunci. Dari kejauhan pak Dirman sudah nampak merapatkan gerbang. Ia menambah kecepatan larinya. Gara gara kesiangan Dea jadi ngos ngosan kejar kejaran waktu. Dea melihat ada siswa yang baru datang, turun dari mobil. Siswa itu berdiri di depan gerbang dan menahan gerbang untuk tidak dikunci. Ia nampak berbicara dengan pak Dirman. 

Tepat di depan gerbang, nafasnya 1-1. 

"Tumben telat mbak Dea?" Tanya pak Dirman.

"Iya pak kesiangan, semalem pulang malem banget abis nonton konser." Jawab Dea sambil melirik siswa tadi. 

"Thank you ya" katanya pada siswa yang menahan gerbang tadi. Disambut senyuman dan anggukan.

Dea berjalan menuju kelas. Tiba-tiba siswa tadi menyusul langkahnya dan menghadangnya.

"Kenalkan aku Reno, kamu Dea?" katanya sambil menjulurkan tangan. Disambut jabatan tangan oleh Dea.

"Lu anak baru?" tanya Dea sambil memperhatikan Reno. 

"Iya aku baru pindah." Jawabnya.

'Gila cakep banget. Jefri Nicol mah kalah ini mah' pikir Dea. Eh tapi bentar. 

"Zodiak lu apa?" tanya Dea.

"Kenapa memang? Aku Gemini," jawab Reno. Alarm Dea berbunyi mendengar jawaban Reno.

'Duh skip atau lanjut nih?' Dea terus memikirkannya sambil jalan menuju kelas. Reno nampak bingung melihat Dea ngeluyur jalan setelah mendengar jawabannya. 'Emang kenapa kalo gemini? Salah?' Pikir Reno.



#RWCODOPDay9

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading Asal Bukan Gemini?