Thursday, June 6, 2024

Perjalanan Terakhir ; Sebuah Kisah tentang Cinta




Sore itu berjalan begitu lambat. Perdebatan semalam membuat Regi nampak murung seharian di kantor. Moodnya berantakan dan matanya nampak sembab. Iya, untuk kesekian kalinya semalam ia dan Danu berdebat untuk topik yang selama ini menjadi momok dalam hubungan mereka. Selama 4 tahun hubungan mereka, hampir dilalui tanpa aral. Mereka saling mencintai, sama sama saling support di karir keduanya, dan punya visi yang sama dalam menatap masa depan. Hanya satu yang membuay hubungan yang tadinya hangat menjadi dingin layaknya salju abadi di kutub. Perbedaan agama keduanya.

Bukannya mereka berdua menutup mata atas perbedaan yang ada. Selama ini mereka sama sama yakin, love will wins after all. Tapi semakin bertambah usia, tekanan dari keluarga masing-masing, dan Danu yang mulai kembali belajar dan mendalami agamanya, membuat mereka makin sering bertemu dalam diskusi panjang mengenai perbedaan antara mereka. 

"Aku gak akan mau memaksamu ikut aku Re, meskipun aku selalu berdoa dan berharap bisa beribadah dengan istriku nanti. Aku mau kalau kamu mualaf, itu karena kesadaranmu sendiri," ucap Danu malam itu. Perkataan yang membuat Regina terdiam dan merenung.

"Dalam doamu, nama siapa yang kamu sebut sebagai istrimu kelak mas? Apa tidak bisa kita seperti sebelumnya saja? Toh selama ini kita baik-baik saja" jawab Regi.

"Maksudmu apa? Tentu kamu yang aku harapkan menjadi istriku Re. Susah Re, satu kapal tidak mungkin punya dua tujuan. Aku mau kita sama sama hingga nanti ke surga" tukas Danu.

Regina memandangi laki laki di hadapannya. Ia seperti tak mengenali lagi laki-laki di hadapannya itu. Ia kecewa karena sepertinya ketakutannya selama ini akan terjadi. Ia mungkin akan kehilangan laki laki yang dicintainya. Atau mungkin bahkan sudah kehilangan?

Regi memegang tangan Danu dan berkata "Mas, aku lepaskan kamu untuk menemukan jodoh dan calon istri sesuai yang kamu inginkan. Sepertinya kita benar benar sudah tidak bisa sejalan. Perubahanmu sekarang membuatku tak bisa lagi mengimbangi langkahmu mas." 

Kata kata yang membuat Danu terperanjat. Bukan ini yang dia harapkan. Regi nampak menitikkan air matanya dan melepas genggaman tangannya pada Danu. Dan iapun beranjak pergi meninggalkan sisi Danu yang terduduk di pinggir motornya. Ia sadar keputusannya berat malam itu, tapi Regi juga sadar tidak bisa menghalangi Danu mendapatkan jodoh yang terbaik menurutnya.

Perjalanan mereka kemarin adalah perjalanan terakhir mereka. Padahal perjalanan ini yang dinantikan Regi selama ini. Danu selalu menjanjikan untuk pergi ke pantai di Malang Selatan. Tapi yah, perjalanan terakhirnya cukup indah untuk dikenang meskipun pada akhirnya mereka sama sama terluka.

Dan sekarang, Regi berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan semua luka dari dirinya atas keputusan yang diambilnya. Ia yakin, ini yang terbaik. Karena harusnya sejak awal dia tahu, akhir macam ini akan bisa terjadi kapan saja.

0 comments:

Post a Comment