Sunday, May 5, 2024

Ini Tentang Kopi dan kamu


Kata orang cinta bisa mengubah seseorang. Entah menjadi lebih baik, atau jadi pribadi yang menyebalkan. Bagaimana tidak, jatuh cinta dapat mengubah seseorang yang dulunya bermusuhan dengan kopi karena lambungnya sering berontak menjadi peminum kopi. Meskipun belum menenggak kopi ala bapak bapak yang pahitnya sepahit kenangan mantan. Orang bodoh itu aku, dan jatuh cinta padamu membuatku berubah.


Si perempuan mandiri ini menjadi lebih manja dan tergantung padamu. Bercakap denganmu sembari menyesap secangkir kopi seakan menghentikan rotasi bumi. Dan semua terpusat padamu. Cerita hari-harimu, pikiran liarmu saat menilai politisi, kepongahan anak mudamu yang meledak ledak, dan banyak hal lain. Yang jujur semua itu di luar duniaku. Mengertikah aku apa yang kamu bicarakan? Percayalah aku berusaha keras untuk itu. Aku lebih sering terbuai dan tenggelam di pandangan matamu.


Setiap kali kita bertemu, kupilih kopi yang sama. Kopi Gula Aren. Aku tak ingin lagi berspekulasi dengan rasa kopi lain. Karena aku yakin, saat bersamamu, semua spekulasiku dalam hidup akan gugur. Dan yang ada hanya kamu. Kamu dan kopi adalah warna baru dalam hidupku. Sayangnya terlalu candu keduanya, hingga aku takut semua ini berakhir saat kopi di cangkir itu habis disesap. Bahkan sebelum di ujung perbincangan.

Jika itu terjadi, akankah kopi itu masih nyaman kusesap? 

Continue reading Ini Tentang Kopi dan kamu

Friday, May 3, 2024

Rindu yang Tak Tertuntaskan


Kata orang, pertemuan setelah memendam rindu panjang adalah sebuah hal yang percuma. Hanya membuat rindu semakin dalam saat kembali berpisah. Itulah yang dirasakan setiap perantau di kala musim mudik. Mungkin terlalu pongah kalau menggunakan kata setiap perantau yah. Ya, paling tidak bagiku sebagai perantau. 

Merantau ke ibukota (yang sebentar lagi mungkin berubah status) membuatku jauh dari keluarga di Surabaya. Apakah aku sedih dengan keputusan itu. Tidak. Pergi ke Jakarta adalah salah satu keputusan terbaik yang aku ambil dalam hidup. Namun, setiap keputusan selalu lengkap dengan konsekuensinya.

Mudik kemarin, menurutku adalah periode mudik terberat secara batin bagiku. Ada rindu yang sepertinya tidak tuntas ditunaikan. Masih ingin lama memeluk mama. Masih ingin lama bermain dengan keponakan. Masih ingin lama bertengkar manis dengan saudara. Rindu yang tak tertuntaskan dan aku harus kembali ke Ibukota dan menyudahi sukaria mudik. 

Rindu yang nantinya akan kupupuk, hingga pertemuan lagi di masa mendatang. Tapi kapan? Akankah periode mudik mendatang? Masihkah aku ada usia sampai di masa itu? Jika usiaku hanya sampai malam ini saja, lantas bagaimana aku menuntaskan rindu? 

Mudik yang penuh sukaria saat hari pertama tiba, akan berubah penuh sedih dan airmata jika saatnya kembali pulang. Begitu saja terus hingga rindu akan terus tak tuntas ditunaikan. 

Continue reading Rindu yang Tak Tertuntaskan

Thursday, May 2, 2024

Rumah yang Kita Semogakan


Ruang itu penuh sesak dengan barang. Menyisakan sedikit ruang untuk penghuninya bergerak dan tidur. Seorang ibu nampak menggelar kasur lipat. Dua anak balita nampak mematung menunggu sang ibu selesai. Ibu itu melihat ke atap rumahnya.


"Sini nak dekat ibu. Ibu jagain biar kakak dan abang gak kena hujan," wajah penuh kasih itu mencoba menepis kerisauan anaknya. Ia memeluk mereka berdua dan mengajak buah hatinya berdoa "Ya Allah semoga suatu hari nanti, Ibu, kakak, abang diberikan kesehatan, rezeki yang berkah, rumah nyaman dan lapang" Terdengar suara mengaminkan dari dua bocah itu.

***

Rania nampak sibuk dengan setumpuk berkas di mejanya. Ia tengah memeriksa dokumen yang nanti akan menjadi bahannya di ruang pengadilan. Telepon di mejanya berbunyi, terdengar suara sekretarisnya di seberang. 

Iapun bergegas membereskan berkas berkasnya dan berjalan tergesa keluar ruangan. 

Kemudian ia teringat sesuatu. Diambilnya gawainya dan mengirim pesan pada seseorang

***

Rania dan Bayu menuntun ibunya turun dari mobil. Ibu menangis melihat megahnya rumah di hadapan mereka. Ibu berhasil membesarkan dua anak yang hebat, Rania kini adalah seorang pengacara muda ternama, sementara Bayu adalah seorang pengusaha sepatu sukses.

"Ibu jangan menangis, rumah ini adalah jawaban dari semua doa ibu setiap malam." Ucap Rania. Mereka bertiga kemudian tersenyum dan berpelukan.



#Meinulis

#MeinulisDay02

Continue reading Rumah yang Kita Semogakan

Wednesday, May 1, 2024

Kuli Batu itu Satu Pintu Surgaku

Arni nampak terbangun dari tidurnya dengan panik. Meraih jam yang ada di sisi kasurnya kemudian panik. "Yaaah telat ini. Harusnya tadi aku ga tidur lagi begitu sampai rumah." Gerutuan Arni terus berlanjut sampai dia siap dengan seragamnya dan berangkat sekolah. Ibunya pasti masih di puskesmas menemani bapak yang semalam mereka temukan di proyek dalam keadaan lemah.

Arni dan ibunya mendatangi proyek tempat bapaknya bekerja karena mendapat kabar dari mandor proyek bahwa bapaknya sakit. Mereka berdua berangkat ke Jakarta segera setelah mendapat telepon. Iya, bapak Arni adalah buruh bangunan di Jakarta. Beliau menjadi kulit angkut batu. 

Tapi, selama ini Arni tak pernah menceritakan pekerjaan bapaknya ke teman-temannya. Ia hanya menjelaskan kalau bapaknya dagang di Jakarta jika ada yang bertanya pekerjaan bapaknya. Saat itu Arni malu mengakui bapaknya adalah buruh bangunan yang pulang seminggu sekali dari Jakarta.

Namun, kejadian semalam mengubah semuanya. Ia melihat bagaimana bapaknya tetap bekerja keras meskipun kondisinya sakit parah. Arni memeluk ibunya dan menangis melihat bapaknya batuk parah dan nampak kurus sekali tak seperti biasanya.

"Pak, maafkan Arni. Harusnya Arni bangga punya bapak. Pulang pak, istirahat ya pak." Arni berkata sambil memeluk bapaknya dan menangis. Sejak malam itu Arni berjanji tidak akan malu memiliki bapak seorang buruh bangunan. 
Continue reading Kuli Batu itu Satu Pintu Surgaku

Tuesday, April 30, 2024

,

Tanah Tabu ; Kekayaan dalam Kesederhanaan Tanah Tabu Papua


Tanah Tabu || Anindita S Thayf || GPU ||  November 2015 || 195 halaman || Baca di @gramediadigital

Rate : 5/5 ⭐

Memilih novel Tanah Tabu ini karena challenge membaca buku atau novel yang underated maupun overated. Dan novel ini masuk jajaran novel underated di Goodreads dengan rating 3.95. Kok bisa? Padahal novel karya Anindita S Thayf ini merupakan pemenang 1 Sayembara Novel DKJ 2008. Penasaran dong Nunna. Dan, mari kita ulas. 

---

Di ujung sabar, ada perlawanan.

Di batas nafsu, ada kehancuran.

Dan air mata hanyalah untuk yang lemah.

Potongan kata kata yang tersemat di awal kisah ini seperti merangkum semua kisah yang tersurat dan tersirat dari novel ini. Novel berlatar tanah Papua ini berkisah tentang sekeluarga yang isinya perempuan semua. Mabel, Mace, dan Leksi. Juga ada dua peliharaan mereka anjing dan babi, Kwee dan Pum, yang sangat mereka sayangi. 

Memiliki tokoh utama yang kesemuanya perempuan di tanah Papua, menjadi poin yang menarik menurut saya. Perempuan yang masih dianggap sebagai warga kelas dua yang tidak lebih berharga dari anak laki laki di sana menjadi kontras dengan keluarga Mabel, Mace, dan Leksi. Mabel merupakan sosok yang sangat tangguh dan teguh dalam prinsipnya. Pengalamannya di masa lalu membuatnya membenci orang asing datang ke tanah Papua. Orang-orang yang merampas hak mereka di sana. Mabel dan Mace bertekat untuk terus berjuang agar anak dan cucunya dapat kehidupan yang lebih baik nantinya. 

Novel ini menarik sekali. Konflik antar tokoh yang dibangun sangat natural. Bahasa dan diksi yang digunakan juga sederhana sekaligus indah. Tidak rumit dipahami. Pembaca seakan dibawa ke kondisi real di tanah Papua dan turut terlibat di percakapan antar tokohnya.

Salah satu dialog yang sangat saya suka 

"Zaman sekarang hanya sedikit orang baik yang tulus, Lisbeth, apalagi orang kaya dan pejabat. Jadi kalau mereka berbuat baik kepadamu, berhati-hatilah dan tunggu saja. Tagihannya akan menggedor pintu rumahmu sebentar malam. Seketika itu juga, dia akan menjadi tuanmu. Kau suka atau tidak suka."

Hlm 172

Jujur, saya bingung mengapa novel ini mendapat rating di bawah 4 di Goodreads. Menurut saya, novel ini sangat menarik dibaca kalau kamu ingin merasakan suasana masyarakat di tanah Tabu atau tanah Papua. Ingin tahu, bagaimana kesederhanaan mereka yang kerap kali dimanfaatkan untuk banyak kepentingan. Jika kalian ingin merasakan semua kekayaan Tanah Papua dalam versi yang sederhana. Silakan baca novel ini.

Selamat membaca.

Continue reading Tanah Tabu ; Kekayaan dalam Kesederhanaan Tanah Tabu Papua

Monday, April 8, 2024

,

Akar Pule; Kisah Perempuan Tanah Bali

Akar Pule || Oka Rusmini || Grasindo ||  Mei 2023 || 252 halaman || Baca di @gramediadigital

Rate : 5/5 ⭐ 


Membaca kumpulan cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini ini seperti pembaca dihisap untuk masuk di cerita yang sarat akan budaya Bali dari sudut perempuan. 

Terdiri dari 10 cerpen antara lain, 

• Bunga

• Palung

• Sepotong Tubuh

• Seorang Perempuan dan Pohonnya

• Sawa

• Pastu

• Sipleg

• Grubug

• Akar Pule

• Tiga Perempuan

Penulis menarasikan tubuh perempuan di antara budaya patriarki di Bali. Kisah tengan permpuan Bali yang cantik, eksotis, magis, dan menyimpan banyak duka untuk di"telanjangi". 

Jika selama ini perempuan dijadikan sebagai objek, di kumcer ini semua cerita mengusung perempuan sebagai subjek. Tokoh tokohnya dipenuhi perempuan Bali dengan berbagai karakter. Ada yang begitu lemahnya untuk melawan karena terlalu lama oleh belenggu. Namun, ada juga sangat overpower sehingga memiliki karakter yang kuat. 

Yang tidak terbiasa dengan bahasa yang "kasar dan lugas" tentu akan terkaget-kaget di awal. 

Namun, overall buku ini berhasil meluaskan cakrawala pembacaan bagi pembacanya. Baik itu dari segi bahasa hingga isu patriarki yang kental di setiap ceritanya.

Selamat membaca. 


Continue reading Akar Pule; Kisah Perempuan Tanah Bali

Saturday, April 6, 2024

There is No Ending, Just a Beginning


Pertama kali saat ada unggahan tentang tantangan One Day One Post, saya sempat ragu untuk ikut atau tidak. Apakah akan bisa mengikuti atau tidak. Juga pertanyaan lain tentang untung dan ruginya mendorong limit setiap hari untuk menemukan ide ide cerita. Iya cerita, karena saya sudah niatkan, jikapun saya ikut serta dalam challenge ini, maka karya yang saya unggah hanya berupa fiksi mini. 


Akhirnya tantangan diterima. Total akan ada 25 tulisan yang diunggah setiap hari. Hari-hari pertama masih bisa menggunggah karya tepat waktu. Namun, karena berbarengan dengan Ramadhan, menyeimbangkan antara kegiatan utama, ibadah, hobi, dan juga challenge-challenge merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Beberapa kali terlambat setor. Tapi alhamdulillah finish stronger.


Tema yang dipilihkan oleh panitia juga menantang. Beberapa tema sengaja dipilihkan yang tidak biasa sehingga peserta challenge harus memeras otak dan memeram ide. Misal tema "Chand Raat", bahkan bagi saya ini baru pertama kali mendengar padanan kata tersebut. Tapi banyak tema yang masih familiar. 


Ini, adalah hari terakhir challenge one day one post. Tapi yang saya percaya ini bukanlah akhir, namun merupakan awalan dari perjalanan untuk konsisten menulis karya dan tentu saja membaca karya. Semoga kedepannya ada kegiatan yang terus merangsang sel sel kelabu di otak untuk bisa menulis sepanjang usia.


Konsisten menulis adalah satu hal yang harus diupayakan. Kualitas tulisan adalah hal yang berbeda. Saya percaya, kualitas tulisan akan membaik seiring kita terus berproses konsisten menulis. Otomatis dengan konsisten menulis kita juga tergerak untuk membaca sumber bacaan apapun. 


Semoga semua karya yang saya tuliskan berkenan dan sampai ke pembacanya. Sampai bertemu di platform menulis lainnya.



#RWCODOPDay25

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading There is No Ending, Just a Beginning

Hilal yang Tak Nampak


Mendekati Lebaran ada satu hal yang dinanti banyak orang. Apalagi kalau bukan munculnya hilal yang menandakan bergantinya bulan dari Ramadhan ke Syawal. Beberapa petugas telah disebar di titik titik pantauan hilal untuk memastikan terlihat atau tidak bulan sabit muda pada arah dekat matahari terbenam.


Tapi, hilal bukan hanya bermakna bulan sabit yang terbit pada tanggal satu bulan Qomariah. Bagi Arsy, bilal juga menjadi bahan selorohannya ketika ada yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan template untuknya. 

"Kok ga bawa calonnya dikenalin ke om tante."

"Kapan nikah?"

"Sudah daper THRnya?"

"Sendirian di masa tua itu ga enak loh, kapan bawa calon suaminya."

Dan banyak pertanyaan template lain yang pada akhirnya akan dibalas Arsy dengan jawaban "Hehehe belum nampak hilalnya, doakan saja." 


Betul, kata "hilal" menjadi senjata Arsy agar semua nampak komedi. Tentu agar ia tak terlalu sakit hati. Momen Lebaran dan mudik harusnya menjadi momen yang membahagikan namun masih ada saja kata-kata atau pertanyaan yg minus empati. Arsy sudah ada di tahap santai. Sebelumnya, pertanyaan dari kerabatnya berasa seperti sembilu yang mencabik dadanya. Ia sudah berdamai dengan semuanya.


Proses berdamainya itu ia dapatkan saat terus mendalami ilmu agama. Ia ikut kajian di sana sini, membaca buku, mengikuti kegiatan-kegiatan di komunitas hijrah, dan banyak lagi. Ia pun mendapat nasihat dari salah satu guru, perihal jodoh itu hak Allah SWT menentukan kapan akan muncul. 

"Fokus saja memperbaiki diri, perbaiki ibadahmu, pasrahkan ke Allah SWT. Tetap ikhtiar yang terbaik, tapi jangan mengambil alih peranan Allah SWT. Jodoh, rezeki, maut, semuanya itu adalah ranah Allah SWT" nasihat itulah yang terus Arsy pegang saat ini.


Jadi kalau Arsy ditanya mengapa bisa sesantai itu, iapun menjawab "Tenang saja kak, aku punya Allah SWT. Aku ikut skenario terbaik Allah SWT."




#RWCODOPDay24

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024

Continue reading Hilal yang Tak Nampak

Trip Dadakan Berujung Padusan



Menjelang bulan Ramadhan lalu, Dio  mendapatkan tugas untuk audit ke kantor cabang di Surabaya. Pekerjaan yang selalu disuka Dio kalau bisa tugas ke berbagai daerah di Indonesia tempat kantornya memiliki cabang. Karena selain bekerja, ia bisa punya kesempatan untuk eksplor kota yang dikunjunginya. Kulinernya, budayanya, sejarahnya, bangunan-bangungan tuanya, dan masih banyak lagi lainnya.


Surabaya, Dio sudah beberapa kali ditugaskan di kota ini. Ia juga sudah akrab dengan beberapa koleganya di Surabaya. Salah satunya, Rahmad. Siang itu, Rahmad tengah mengajak Dio makan siang di salah satu warung soto legend di Surabaya, Soto Ayam Cak Har di jalan Merr. Iseng-iseng ia bertanya pada Dio.


"Di, besok sudah ada planning ga?" tanya Rahmad.

"Masih kosong sih mas. Semua pekerjaan udah kelar hari ini sih. Ada apa?" tanya Dio balik.

"Mau ikut aku ga ke Pacet," jawabnya.

"Pacet? Tempat apa itu mas? Jauh dari sini?" tanya Dio. 

Rahmad nampak mengunyah sendokan nasi dan kuah soto yang baru saja dilahapnya. Tak lama ia menjawab, "Pacet itu daerah wisata, masuk wilayah Mojokerto. Kalo di Jakarta semacam Puncak lah. Kalo kamu mau, saya ajak padusan ke Pacet,"

"Padusan? Apa lagi itu mas? Banyak kali istilah baru mas kenalkan ke saya hri ini." Tukas Dio sambil tertawa.

"Padusan itu tradisi masyarakat di Jawa untuk menyambut bulan Ramadhan. Tradisi peninggalan nenek moyang lah. Nanti kita akan mandi bersama-sama warga lain yang datang ke pemandian." Jelas Rahmad.

"Trus fungsinya apa mandi bersama gitu mas?" Dio mulai penasaran.

"Tradisi ini tumbuh subur di wilayah jawa tengah dan jawa timur. Nah Pacet ini salah satu lokasi padusan di Jawa Timur. Fungsinya itu kaya kita mensucikan diri sebelum masuk bulan suci Ramadhan. Sehingga kita bisa siap jiwa dan raga menyambut Ramadhan. Ada juga yang bilang, saat Padusan juga waktu yang tepat untuk menginstropeksi diri atas kesalahan di masa lalu. Kemudian saat membasuh tubuh itu seolah olah kita kembali suci karena semua kesalahan di masa lalu sudah luruh dengan air," Dio nampak menyimak penjelasan mas Rahmad yang panjang lebar.

"Gimana ikut ga? dijelasin malah bengong." Kelakar Rahmad.

Tanpa lama berpikir Dio menjawab "Gas kuylah ikut saya. Berang berang bawa tongkat, berangkaaatt" Rahmad tertawa melihat reaksi Dio atas ajakannya.

Keesokan harinya, sesuai janji Rahmad mereka berdua jadi ke Pacet. Sampai lokasi, Dio tercengang dengan banyaknya orang di pemandian itu. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan pakaian yang melekat di tubuh. Dio pun mengikuti aba-aba Rahmad untuk ikut turun ke pemandian. Pengalaman pertama Dio yang akan dikenangnya selalu. Padusan di Pacet.


#RWCODOPDay22

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading Trip Dadakan Berujung Padusan

The War is Over



Ramadhan tahun ini berasa seru banget dan berasa banget toleransinya. Gimana ga, di awal bulan Ramadhan sudah viral tentang war takjil antara umat muslim dan non muslim. Tentu saja, konteks war atau perang hanya sebatas seru seruan belaka. Sampai akan dibalas oleh netizen bahwa umat muslim akan war telur dan daun palma, agar umat non muslim kebingungan pake apa di saat perayaan Paskah. Seru banget dan lucu gitu reaksi netizen.


Nah, yang termasuk ikut fomo war takjil ini tentu Danti dan teman-teman kantornya. Mayoritas di divisi kerja Danti memang non muslim. Tapi excited berburu takjilnya lebih dari Danti yang muslim dari lahir.  Seperti sore itu, mereka nampak serius membicarakan sesuatu. 


"Sore ini ke Pasar Santa yuk pulang kerja, sambil berburu takjil. Aku juga pengen coba makanan-makanan di dalem pasar Santa." Ajak Julia. Danti reflek menoleh dan memperhatikan reaksi teman-temannya yang lain. 

Rissa dan Shahnas nampak semangat. "Kita berangkat jam 3 saja ya. Biar bisa banyak pilihan." Seru Shahnas. Danti langsung tertawa.

"Serius banget nih yang mau war takjil. Ga kecepetan tuh jam 3 sore." Kata Danti.

"Nggak deh, pasti ngantri. Ntar kita makannya pas jam buka puasa aja bareng-bareng kamu." Jawab Julia kemudian. Pernyataan yang diamini teman Danti yang lain.


Begitulah, pada akhirnya sore itu mereka berburu takjil lebih cepat. Bahkan ketika sampai, beberapa penjual masih baru menggelar dagangannya. Julia dan teman-teman Danti lainnya nampak semangat memilih cemilan, makanan, minuman. Lalu melanjutkan berjalan masuk ke pasar Santa. Di sana banyak ditemukan penjual makanan, cafe, bahkan penjual barang-barang koleksi seperti vynil piringan hitam. 


"Ntar kalo giliran kalian mau rayain Paskah bakal war telor juga ga yah." Seloroh Danti disambut teman-temannya yang lain. 


Pertemanan mereka benar-benar menjunjung toleransi tanpa harus berkoar-koar, secara nyata mereka lakukan. Saling menghargai dan menghormati kepercayaan masing-masing. War takjil dan telur paskah ini seperti bukti toleransi di Indonesia masih tinggi. Semoga cerminan toleransi masih bisa kita rasakan di seluruh negeri ini.




#RWCODOPDay23

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024
Continue reading The War is Over

Chand Raat Pertama Umar

Mendapatkan beasiswa pendidikan full untuk melanjutkan studi S2 ke luar negeri menjadi idaman banyak orang. Termasuk jg 

Umar Abdul Aziz, mahasiswa asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi masternya di Institute of Information Technology Bangalore (IITB)

Program Studi Master of Digital Society. Ia menjalani tahun pertamanya di India dengan excited.


Di tahun pertamanya ini, sepertinya ia akan menghabiskan bulan Ramadhan dan Idul Fitrinya di India. Karena terkendala biaya, ia terpaksa menjalankan ibadah berjauhan dari keluarganya di Indonesia. Awalnya, ia takut orang tuanya akan sedih berkepanjangan, tapi Umar bersyukur memiliki orang tua yang sangat supportive dan memiliki hati yang besar.

***


"Mar, mau ikut ga ke rumah Aryaan? Hari ini dia mau pulang nanti malam ada perayaan Chand Raat di kampungnya." ajak Dani.

"Chand Raat? Apa itu?" tanya Umar.

"Kalau di Indonesia itu takbiran gitu, malam terakhir Ramadhan. Biasanya warga kumpul di plaza atau pasar buat beli kebutuhan Chand Raat dan Idul Fitri. Biasanya juga nanti ada festival petasan dll." Umar menyimak penjelasan Dani. 

"Ya udah ayok. Daripada bengong juga di apart." Jawab Umar.


Malam Ramadhan terakhir tahun ini dihabiskan Umar melebur dengan Aryaan dan keluarganya. Ia dan Dani juga bermalam di rumah Aryaan untuk melakukan sholat ied bersama keluarga Aryaan. 


***

Umar dibuat kagum dengan perayaan Chand Raat dan Idul Fitri di India. Di India, umat muslim adalah warga minoritas. Jadi melihat semaraknya perayaan Chand Raat dan Idul Fitri di sini, Umar sangat kagum. 

Semalam saat berkumpul di rumah Aryaan, ia dijelaskan tentang budaya Chand Raat dan Idul Fitri di India. Para prianya mengenakan kurta piyama, Tqiyah, dan Mojri. Sementara para perempuan menggunakan Lehenga Choli, Salwar, dan Kameez. Makanannya pun khas. Di India hidangan khas Lebaran berupa Sheer Kurma, mie bihun manis panggang ditambah susu dan buah kering. Saviyaan, puding dr susu manis dan kurma. Ras Malai sejenis kue keju. Ada juga Kibbeh sejenis bakso.

Umar menyempatkan waktu untuk melakukan video call dengan orang tuanya di Indonesia. Ia mengenalkan keluarga barunya di India kepada orang tuanya. Termasuk menunjukkan beragam makanan khas yang disiapkan keluarga Aryaan. Orang tua Umar lega anaknya tidak melewatkan malam takbiran dan idul fitri sendirian di negeri orang.


 

#RWCODOPDay21

#RWCODOP2024

#OneDayOnePost

#RamadanWritingChallenge2024

Continue reading Chand Raat Pertama Umar