📚 Book Review 📚
𝘒𝘶𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘯𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶: "𝘛𝘢𝘯 𝘚𝘪𝘯 𝘎𝘪𝘦." 𝘞𝘢𝘧𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘶𝘴𝘪𝘢 93 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘵𝘶𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘢𝘩𝘭𝘪 𝘸𝘢𝘳𝘪𝘴𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘤𝘶𝘪𝘭 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶?
- 𝘛𝘢𝘯𝘴𝘦𝘯 𝘙𝘰𝘺 𝘞𝘶𝘪𝘴𝘢𝘯 -
Novelet karya Dee Lestari ini sebenarnya sudah karya lama. Saya baca kembali karena tergelitik dengan pemahaman baru saya seiring dengan cakrawala berpikir yang mungkin juga berubah. Hampir semua karya Dee ga pernah gagal menurut saya. Selalu menyuguhkan ide cerita yang segar dengan sudut cerita yang juga unik. Termasuk Madre.
Madre sendiri berarti Ibu dalam bahasa Spanyol. Dan iya, di novelet ini dikisahkan bahwa Madre adalah ibu dari ribuan roti dan awal mula kisah sebuah usaha bakery bernama Tan de Bakker. Iya, Madre adalah sebuah adonan biang atau disebut sourdough dalam dunia perotian. Sourdough ini sejenis ragi yang memang sengaja "dihidupkan" selama bertahun tahun. Kalau bahasa Dee di novelet ini, Madre ini diberi makan tiap hari agar terus hidup. Dan akhirnya jadi sumber kehidupan Tan De Bakker.
Seperti kutipan di awal, diceritakan Tansen sama sekali tak tahu menahu mengapa ada seorang tionghoa yang meninggal, mewariskan sesuatu padanya. Yang ia sama sekali tak kenali. Dan dari titik itulah Tansen mengetahui rahasia besar dalam hidupnya. Menyangkut sejarah hidupnya, pertalian darah, dan garis keturunan yang menghubungkannya dengan Tan Sin Gie pemilik Tan De Bakker. Akhirnya ia mau tidak mau harus mengakui kalau ada darah Tionghoa dan India dalam tubuhnya. Tansen juga mau tidak mau harus menerima warisan berubah biang adonan, Madre.
Apakah Tansen menerimanya? Sebagai anak muda yang berjiwa bebas, Tansen merasa dia tidak bisa terikat pada satu bisnis. Apalagi bakery, dunia yang jauh dari bayangannya. Iya, Tansen pemuda yang terbiasa hidup di Bali, segala pernik hidupnya ia tuangkan dalam sebuah blog.
Di awal, saat Pak Hadi, salah satu pegawai kepercayaan Tan di Tan De Bakker, menjelaskan panjang lebar pada Tansen tentang sejarah hidupnya, Madre, Tan, dan Lakshmi nenek Tansen, Tansen sudah memutuskan tidak mau meneruskan Tan De Bakker. Dan muncullah konflik cerita antara Tansen, Pak Hadi, pegawai Tan De Bakker lainnya, dan juga Mei.
Menurut saya, Dee berusaha menyuguhkan realita kehidupan yang tertaut dengan sebuah adonan biang yang diperlakukan layaknya makhluk hidup. Madre, bukan hanya adonan tapi nyawa bagi Tan De Bakker dan orang orang yang bergantung hidup padanya. Yang menarik, Madre sendirilah yang memilih Tansen sebagai penerusnya. Kok bisa? Hehehe kalian harus baca novelet ini.
Madre juga dipakai Dee sebagai magnet untuk menggambarkan gap generasi. Mereka yang setia pada cara artisan dalam membuat roti dan juga mereka yang menyulap bakery sebagai bisnis modern yang identik dengan kecepatan, jangkauan yang luas, dan produksi masive. Madre juga dipakai Dee untuk menunjukkan, seseorang yang tercerabut seperti apapun dari masa lalunya, kehidupannya dahulu, akan menemukan jalannya kembali dan dapat mengubah masa depannya.
Layaknya Ibu yang memberi kehidupan bagi anak anaknya, Madre juga memberikan nyawa pada Tan De Bakker yang berubah menjadi Tansen De Bakker, juga pada orang yang terus membuatnya hidup.
Dee berhasil membuat sebuah novelet yang tidak hanya padat dan sarat akan pesan, tetapi juga gaya tutur yang sangat mengalir. Hingga pembaca bahkan dapat merasakan keresahan pada diri masing-masing tokohnya. Membaca Madre dalam sekali duduk bukan berarti novelet ini ringan dan kosong dalam pesan. Jika teman-teman membaca Supernova karya luar bisa Dee, tentu kalian akan dapat merasakan jika Madre ini gaya tuturnya lebih ringan.
Kalau kamu mencari bacaan untuk menemani dalam perjalanan, atau mengisi waktu di antara kegiatan, saran saya coba baca Madre. Selamat membaca
Identitas Buku
Judul : Madre
Penulis : Dee Lestari
Penerbit : @bentangpustaka
Tebal Buku : v+46
Tahun Terbit : 2015
Platform Baca : iPusnas
Rate : 5/5 ⭐