Diary of a Void || Emi Yagi || @bentangpustaka || Februari 2024 || 140 halaman
Rate : 5/5 ⭐⭐⭐⭐⭐
Aku memiliki tempatku sendiri, meski cuma kebohongan. Kebohongan yang cuma bisa dimasuki satu orang, tapi tidak apa-apa. Kalau aku terus menyimpan kebohongan itu dalam dada dan terus melantunkannya, mungkin saja dia akan membawaku ke tempat lain secar tidak terduga. Pada saat itu, mungkin diriku dan dunia telah sedikit berubah.
Shibata - Diary of a Void
Membaca novel Diary of a Void itu seperti kita dibawa ke kerumitan pikiran dan kehidupan dari tokohnya, Shibata. Novel karya Emi Yagi ini menangkap realitas di dunia kerja dan isu keseteraan gender di Jepang. Shibata digambarkan sebagai perempuan muda yang secara sengaja menarik diri dari pekerjaan yang "lebih santai" dan bukan di bagian pemasaran. Kemudian ia dipertemukan dengan pekerjaannya saat ini. Di perusahaan yang memasarkan gulungan kertas. Dan sesuai harapannya, ia tidak berada di bagian pemasaran.
Namun, ia baru sadar kantornya kali ini dipenuhi oleh orang-orang yang lebih senior. Dan, Shibata "terjebak" pada pekerjaan tambahan yang tidak tertulis sebagai bagian tugasnya. Bukan pekerjaan besar sesungguhnya, malah hal-hal kecil dan remeh temeh. Tapi makin lama, makin bertambah banyak yang harus dikerjakannya. Seperti, menyiapkan kopi saat ada meeting, membersihkan bekas minuman, membagikan cemilan, inventaris kantor, dll.
Shibata mulai jengah. Pada suatu ketika hanya gara-gara harus membersihkan cangkir minuman, muncul ide tidak terduga. Ia mengumumkan kalau dirinya hamil. Pengumuman itu membuat kejutan rekan kerjanya, termasuk pimpinan kantornya. Bukan bagaimana, Shibata diketahui belum menikah, sehingga pengumuman kehamilannya cukup membuat terkejut banyak orang. Dan benar saja setelah pengumuman kehamilan Shibata, beban kerja tambahan yang tadinya dikerjakan oleh Shibata, tidak lagi dikerjakannya. Shibata "terbebas" selama hamil. Dan disinilah cerita novel ini bermula dan menunjukkan menariknya, perjalanan Shibata dalam menjalani "kehamilannya".