Tuesday, August 19, 2025

Bertemu Orang Terkasih di Halte Alam Baka untuk Berdamai dalam Kehilangan

 


Halte Alam Baka || Kai Elian || @bukugpu ||  Cetakan Pertama, 2025 || 280 halaman 

Rate : 5/5 ⭐

Orang-orang yang mencintaimu dengan sepenuh hati tak pernah benar-benar pergi. Selama kamu setia mengenang mereka, mereka akan selalu ada di hatimu, di sini. Dan ketika tiba waktunya pulang, kita pasti akan bertemu lagi. Di rumah.

Membicarakan kehilangan orang terkasih itu seperti membuka lagi luka-luka dan tangis yang hadir setelah kehilangan. Seringkali karena terlalu melekat dan sayang dengan orang-orang terkasih, di kala mereka meninggal dunia atau berpulang rasa kehilangan itu sulit hilang. Bahkan saya sendiri, pedihnya kehilangan Papa masih terasa bahkan setelah 7 tahun. Dan novel Halte Alam Baka ini menangkap premis tentang kehilangan orang terkasih sebagai premis cerita.

Membaca Halte Alam Baka karya Kai Elian ini seperti diajak bermain puzzle. Fragmen demi fragmen cerita berlompatan antara scene 199X dan 202X. Juga antara fragmen cerita dalam surat kiriman pembaca dan juga cerita para tokoh utamanya. Membuat saya "terikat" untuk terus mencari tahu dan membaca sampai akhir halaman. 


Novel Halte Alam Baka ini berkisah tentang munculnya surat pembaca di sebuah media yang berisi tentang seorang nenek di halte berwarna merah. Konon dari surat surat itu, sang nenek akan mempertemukanmu dengan orang terkasih yang sudah tiada. Surat-surat itu sampai pada Julian, yang kemudian membuat liputan khusus yang ia beri tajuk Halte Alam Baka. 


Sampai di sini, premis ceritanya sangat kuat. Kai Elian berhasil membangun premis tersebut menjadi sebuah cerita yang kompleks. Hangatnya cerita bisa didapat dari kisah para pembaca yang bertemu orang terkasihnya di halte merah. Ketegangan juga muncul di fragmen fragmen cerita di bagian 199X. Tentang Contessa yang merebut Kasih, cucunya dari Reno dan Puji. Tentang Gama yang berjanji pada Puji untuk menjaga Kasih. Tentang Dira dan Inke yang begitu menjaga anaknya Ava. Tentang Sandra, Julian, dan Darryl yang kemudian tertaut takdir dengan "rumah aman no 10".


Secara alur penceritaan, di awal saya agak kewalahan membaca gambaran cerita secara besar. Kebingungan mengapa tokoh ini mendapat porsi cerita yang cukup banyak. Atau bagaimana mereka saling terhubung. Tapi ketika sampai di tengah-tengah, sudah mulai terbaca sedikit gambarannya. Cerita juga mulai menegangkan. Ada beberapa scene cerita dalam novel ini yang membuat saya bisa menerka perkiraan tahun latar cerita yang disamarkan menjadi 199X dan 202X.


Semua bermula dari nenek dan halte merahnya dan diakhiri pun di halte merah. Ada kejutan bagi saya saat mulai tahu kaitan dari masing-masing tokoh. Kai Elian berhasil membangun sebuah cerita yang endingnya menjawab semua pertanyaan yang terkumpul sejak halaman pertama. Setiap tokohnya mendapatkan jawaban dan kedamaian untuk proses kehilangannya. Menemuan penyembuhan dan kekuatan untuk melepaskan rasa kehilangan itu. Dan semua itu, karena mereka dipertemukan dengan orang-orang terkasihnya dalam keadaan terbaik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hidup mereka yang ditinggalkan di dunia harus tetap terus berjalan. Karena mereka yang telah berpulang pun telah menemukan kedamaian, maka yang ditinggalkan di dunia ini juga harus menemukan kedamaian.


Novel ini cocok dibaca bagi kalian yang suka dengan genre fantasi meskipun tidak full fantasi yah. Ceritanya lengkap, ada hangatnya cinta keluarga, konflik, politik, investigasi, fantasi, dan cinta. 

Semoga novel ini segera ada di rak bukumu dan kalian menikmati membacanya. 


Selamat membaca Saranghae, Nunna.

Sunday, July 13, 2025

Jerat Love Hate Relationship dari Kakak Psikopat


The Jolly Psychopath | Ki Yoonseol | @penerbitbaca | Cetakan Pertama, Juli 2024 | 292 halaman 

Setelah bersusah-susah agar diadopsi, ternyata kakak angkatku seorang psikopat!


Bayangkan seorang anak remaja berusia 15 tahh  yang ditinggal ibunya dengan sengaja di panti asuhan. Ia sudah di titik hopeless bisa diadopsi oleh keluarga baru. Betapa bahagianya Yongin ketika ada keluarga yang mau mengadopsi anak seusianya. Tapi kebahagiaannya seketika sirna ketika ia mendapati fakta kakak angkatnya seorang psikopat. Bukan sembarang psikopat, tapi Dongju, kakak angkat Yongin dicurigai telah mencoba membunuh dokter psikiaternya. Yang kejadian itu ditutupi keluarganya.

Bagaimana nasib Yongin kemudian? Apakah Yongin jadi korban selanjutnya? Apakah Yongin memutuskan untuk kabur dari rumah itu atau bertahan?

Novel karya Ki Yoonseol ini jujur bagi saya menawarkan kisah thriller yang berbeda. Tidak hanya memberikan sensasi teror psikologi, ketegangan saat Yongin dalang pembunuhan sebenarnya di desanya yang membuat Dongju mendekam di penjara, namun juga ada slice of life kehidupan di sebuah desa yang memiliki kompleksitas kisah warganya.

Highlight menarik dari novel ini ada di relasi sibling antara Yongin dan Dongju. Di luar hubungan Dongju bermula dari rasa takut Yongin ditindas oleh Dongju, tapi di situasi yang kompleks, mereka pada akhirnya menurut saya memiliki love hate relationship. Ketulusan rasa sayang dan ingin melindungi sebagai anggota keluarga mengalahkan ketakutan Yongin.

Ending yang tidak terduga, plot yang mengejutkan ketika dalang pembunuhan di desa tempat mereka tinggal terbongkar, dan keputusan besar yang diambil Yongin membuat novel The Jolly Psychopath ini seru dibaca bahkan sejak pembuka cerita.

Jika kamu suka novel cerita thriller psikologi. Novel ini cocok buat kamu. Tidak bisa dibaca dalam sekali duduk sih emang, karena kamu pasti akan diajak berpikir sejenak. Tapi novel ini masih bisa dinikmati dan dibaca. Namuuuun sssttt hati hati ya, jangan sampai kamu ter-trigger yak. 🫣

Selamat membaca 💜


Saturday, July 12, 2025

Ketika Selembar Wesel Pos Menjadi Penutur Sebuah Kisah Bermula dan Berakhir


Wesel Pos | @ratihkumala | @bukugpu | Cetakan Pertama, Juni 2018 | 112 halaman | baca di Ipusnas

Cuma orang sakti yang bisa bertahan hidup di Jakarta
- Ratih Kumala, Wesel Pos - 

Siapa sangka selembar Wesel Pos bisa menjadi perantara sebuah kisah bermula dan berakhir. Sepotong cerita kehidupan di Jakarta yang sepertinya meneguhkan pernyataan "Jakarta tidak untuk semua orang".

Kisah dibuka dengan sepucuk Wesel Pos yang menjadi pegangan Elisa Fatunisa saat nekad menyusul kakaknya Ikbal Hanafi ke Jakarta. Kakak yang sudah dua tahun menghilang tanpa kabar meskipun kiriman uangnya selalu rutin datang tiap bulan melalui Wesel Pos. Hingga Wesel Pos pula lah yang membawanya bertemu dengan Fahri. Aneh? Iya karena di tengah zaman yang sudah maju, masih ada yang setia menggunakan Wesel Pos untuk mengirim uang.

🪐🪐🪐

Yang menarik dari novelet ini apa? 

✨ POV Wesel Pos yang masih berasa "keangkuhan" masa lalu yang berusaha bertahan di perubahan zaman. Ada satu bagian bagaimana sang Wesel Pos masih menyombongkan kemampuannya mengirim uang secepat mengirim SMS.

✨ Kemampuan penulis menangkap realita dan menyuguhkannya secara lugas dan detail. Kegetiran orang-orang yang tinggal di Jakarta yang harus berjuang antara hidup dan mati, kebaikan dan kehinaan. Semua disajikan dengan blak-blakkan. 

✨ Novelet Wesel Pos ini memberikan sebuah gambaran bahwa tidak pernah ada yang benar-benar hitam dan putih di dunia ini. Akan ada satu keadaan, setiap peristiwa, orang-orang, berada di area abu-abu. Apa yang terlihat baik belum tentu sebenarnya. Begitupun sebaliknya. Yang membuat saya tidak bisa benar-benar menghakimi satu tokoh karena apa yang ia lakukan. 

Wesel Pos ini bisa dibaca dalam sekali duduk. Ide ceritanya tajam dan disajikan dengan tutur bahasa yang lugas, detail, dan mengalir. Cocok kalo kamu perlu bacaan yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Ceritanya realistis, tragis, dan ada bumbu romansa sedikit membuat novelet ini menarik untuk dibaca untuk mengisi kekosongan waktu.

Selamat membaca juga yah...



Tuesday, May 27, 2025

Misteri, Sejarah, dan Konspirasi dalam The Da Vinci Code karya Dan Brown

 

The Da Vinci Code | Dan Brown | Penerbit Serambi | Cetakan XXV, September 2006 | 641 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


Hai Annyeong Teman Nunna

Kali kedua di bulan ini mencoba re-read buku yang lama. Kali ini jatuh pada The Da Vinci Code karya Dan Brown. Pemilihan judul ini karena challenge dari Robusta Literasi dan yah, mari kita mulai. Pertama kali membaca novel ini di 2007 dan setelah 18 tahun kemudian memang berbeda sih rasanya. Karena setelah baca dulu, saya pernah nonton filmnya. Dan tentu saja pengalaman pembacaan dan informasi yang saya dapat belasan tahun ini membuat saya memiliki referensi yang berbeda. Tapi, untuk kali ini, ulasannya dengan POV first reader aja yah, tentunya yang ramah dibaca untuk Teman Nunna di manapun berada.

Saat pertama kali baca novel The Da Vinci Code, saya pikir yah ini mah novel misteri biasa yang penuh teka-teki untuk dipecahkan dan konspirasi sejarah dan agama. Tapi begitu buka halaman pertama… boom! Langsung kejebak dalam dunia simbol, sejarah, dan kejar-kejaran ala film action. Dan Brown nggak pake basa-basi—dia langsung ngasih adegan pembunuhan di museum Louvre, Paris. Yup, di sinilah semuanya dimulai.

Jacques Sauniere, kurator museum adalah korban pertama yang mati dalam posisi mencurigakan. Polisi menemukan fakta bahwa Sauniere meninggalkan pesan misterius sebelum ia meninggal. Polisi Prancis langsung manggil Robert Langdon, seorang profesor simbologi dari Harvard, buat bantu ngartiin simbol-simbol aneh yang ditemukan di tubuh korban.


Tapi bukannya jadi ahli yang dimintai tolong, Langdon malah dituduh sebagai tersangka pembunuhan! Gila, dari sini situasinya langsung kacau. Untungnya dia dibantu oleh Sophie Neveu, cucu korban, yang juga seorang ahli kriptografi. Mereka kabur dari kejaran polisi dan mulai menelusuri teka-teki yang ditinggalkan oleh sang kakek.

Nah, inilah yang bikin saya gak bisa berhenti baca. Setiap petunjuk yang mereka temukan selalu terhubung ke sejarah kuno, lukisan terkenal (terutama karya Leonardo da Vinci), dan organisasi rahasia seperti Opus Dei dan Prioriy of Sion. Semuanya terasa misterius tapi tetap masuk akal. Kamu serasa lagi ikut main escape room raksasa, cuma bedanya ini keliling Eropa dan nyawa jadi taruhannya.

Nah yang menarik dan seru, penulis Dan Brown tuh kuat banget risetnya dan jago banget mengolah fakta sejarah, konspirasi, menjadi karya fiksi. Kamu bisa dapat pengetahuan soal karya seni, sejarah gereja, bahkan teori tentang kehidupan Yesus—semuanya dibungkus dengan gaya penulisan yang tegang tapi tetap enak diikuti. Walau kadang harus mikir keras, tapi justru itu daya tariknya.

Karakter Robert Langdon juga menarik. Dia bukan tipe pahlawan yang jago berantem atau keren kayak James Bond. Dia lebih ke “pahlawan intelektual” yang menang lewat otak, bukan otot. Dan Sophie? Dia bukan cuma sidekick biasa—dia punya peran besar, terutama karena misteri utama ternyata berkaitan erat sama masa lalunya.

Satu hal yang bikin novel ini sempat heboh adalah temanya yang menyentuh hal-hal sensitif, terutama soal agama dan sejarah gereja. Menurut saya, kalo kamu cari pembenaran tentang teori konspirasi ini itu, novel ini hadir tidak untuk membenarkannya. Ini fiksi, dan Dan Brown hanya ngajak pembaca buat mikir: “Gimana kalau sejarah yang kita tahu selama ini nggak lengkap?” Seru aja sih mikir kayak gitu, meskipun tentu nggak semuanya harus dipercaya mentah-mentah.

The Da Vinci Code adalah novel thriller yang cerdas, seru, dan bikin mikir. Cocok banget buat kamu yang suka misteri dengan bumbu sejarah dan konspirasi. Baca ini rasanya kayak ikut petualangan yang penuh kode, rahasia, dan twist yang nggak ketebak. Dan percayalah, setelah membaca novel ini, kamu tidak akan lagi sama dalam memandang sejarah, seni, dan konspirasi yang berpusar di atas dunia ini.


Selamat membaca.

Saranghae, Nunna.


Perjalanan Mimpi di Atas Awan ; Ulasan Istimewa 20 Tahun Penerbitan Novel 5 cm


5 cm. | Donny Dirgantoro | Grasindo | Cetakan Keempatbelas, Januari 2010 | 382 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh di sini, di depan kening kamu... jangan menempel. Biarkan

Dia

Menggantung Mengambang

5 centimeter di depan kening kamu

Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu...


Pertama kali aku baca 5 cm di tahun 2010, aku nggak nyangka novel ini bakal nempel banget di kepala. Awalnya sih kupikir ini cuma novel anak muda biasa, penuh motivasi dan kata-kata bijak ala seminar. Tapi ternyata, makin dibaca, makin kerasa kalau 5 cm bukan cuma soal mimpi—tapi juga soal persahabatan, perjuangan, dan keberanian buat berubah. Dan sekarang, aku kembali membaca ulang 5 cm. dengan pengalaman pembacaan yang mungkin berubah seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup.

Cerita dimulai dari lima sahabat yang udah bersahabat selama bertahun-tahun: Genta, Zafran, Riani, Arial, dan Ian. Mereka kayak geng solid yang hampir tiap hari nongkrong bareng. Tapi di suatu titik, mereka ngerasa hidup mereka gitu-gitu aja, stagnan, monoton. Dan akhirnya, muncul ide gokil dari Genta: “Gimana kalau kita nggak ketemu selama tiga bulan, fokus sama hidup masing-masing, dan lihat apa yang bakal terjadi?”

Tiga bulan itu jadi momen refleksi buat mereka. Masing-masing mulai ngejar hal yang sebelumnya mereka tunda. Ada yang mulai serius belajar, ada yang lebih peduli sama keluarga, dan ada juga yang mulai berani bermimpi lebih tinggi.

Nah, setelah “puasa pertemanan” itu selesai, mereka ngerencanain reuni dengan cara yang nggak biasa: mendaki Gunung Semeru, atapnya Jawa. Dari sini, petualangan seru mereka dimulai. Mulai dari ketawa-ketawa di kereta, dingin menusuk di Ranu Kumbolo, sampai napas tersengal di Mahameru. Tapi lebih dari itu, pendakian ini adalah simbol perjalanan hidup mereka—berat, melelahkan, tapi indah banget di puncaknya.

Yang bikin aku suka banget sama novel ini adalah cara Donny nulis. Gaya bahasanya santai, kadang lucu, kadang puitis, dan sering banget nyelipin kalimat-kalimat yang bikin mikir. Salah satu yang paling aku inget adalah, "Gantungkan mimpi itu 5 cm di depan keningmu... agar kamu selalu melihatnya, dan kamu bawa mimpi itu ke mana pun kamu melangkah." Sederhana, tapi dalem banget.

Karakter-karakternya juga terasa nyata. Zafran si puitis yang suka ngelucu, Riani si cewek cerdas tapi tegas, Genta yang punya aura pemimpin, Arial si jago olahraga, dan Ian yang doyan makan tapi punya hati lembut. Rasanya kayak kita ikut dalam perjalanan mereka, bukan cuma nonton dari jauh.

Tapi ya, kalau jujur, ada beberapa bagian yang terasa terlalu “sok memotivasi” atau terlalu dilebih-lebihkan, apalagi pas di bagian klimaks. Tapi entah kenapa, aku tetap bisa nikmatin ceritanya karena semangat dan niat baiknya kerasa banget.

Pas selesai baca lagi itu, aku sempat diem. Bukan karena sedih, tapi karena merasa tertampar halus. Aku jadi mikir, “Apa aku udah cukup berani buat mimpi besar? Udah cukup usaha belum?” Dan mungkin, itulah kekuatan 5 cm—bukan buat ngasih jawaban, tapi buat nyentil kita supaya mulai bergerak.

Kalian yang belum baca novel 5 cm. silakan baca deh, dan temukan sendiri tamparan halus itu. Atau yang sudah pernah baca, yuk rayakan 20 tahun penerbitan novel 5 cm tahun ini.

Happy reading.