Timun Jelita vol 2 || Raditya Dika || Gagas Media || Cetakan Pertama, 2025 || 230 halaman
Rate : 5/5 ⭐
Menemukan cinta berari menemukan siapa yang bisa menerima keanehan diri kita. Cinta berarti kerelaan menerima itu.
Timun Jelita - Raditya Dika
Jika ada kata kata don't judge book by its cover, maka untuk novel satu ini perlu disematkan dong judge book by its genre. Sungguh tidak diduga saat membaca novel yang katanya novel komedi ini, saya dibuat nangis haru dan tertampar berkali-kali.
Novel Timun Jelita volume 2 ini masih berkisah tentang kehidupan pria usia 40 tahunan bernama Timun yang tengah menghidupi impiannya bermain band. Ia bersama sepupunya Jelita lantas membuat grup band Timun Jelita. Sama seperti di volume sebelumnya, volume kedua ini tetap menceritakan pengalaman Timun dan Jelita merintis band Timun Jelita.
Bagaimana Timun dan Jelita mengembalikan gairah bermusik mereka setelah EP pertama mereka terbilang sukses. Bagaimana proses kreatif mereka dalam menciptakan logika. Jatuh bangunnya merintis band baru yang leadernya adalah bapak bapak usia 40 tahun. Oh ya, ada juga cerita tentang Robert, manager Timun Jelita yang sering kali masalahnya menjadi sumber inspirasi lagu Timun Jelita.
Tapi yang menarik, novel yang katanya komedi ini banyak banget ngasih insight tentang kehidupan. Cerita Slice of Life di novel ini sangat berasa menyentuh di beberapa kisah di tiap bab ceritanya. Tokoh-tokoh di novel ini secara tidak langsung memberikan insight ke pembaca jika kita berada di situasi tidak baik-baik saja, atau ketika ada orang lain melakukan hal buruk pada kita, yang terpenting dalam kondisi seperti itu adalah respon yang kita keluarkan. Yang bisa kita kendalikan adalah apa yang ada di diri kita.
Ada satu momen membaca yang membuat saya terharu bahkan menangis, yaitu ketika momen Timun tersadar ia hampir kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupnya demi mengejar sesuatu yang dibilang impiannya. Dia hampir kehilangan semuanya, karir bermusiknya, relationshipnya dengan Jelita, hubungannya dengan istrinya, bahkan dengan dirinya sendiri.
Salah satu quote yang menurut saya menarik adalah "Bahaya, kalau kita hanya fokus ke hasil, Timun. Gak akan bahagia... Fokus ke usahanya. Kebahagiaan harus dari ketika lagi berusaha."
Novel yang katanya komedi ini berhasil mengacak-acak emosi saya saat membaca. Kadang ketawa, kadang sedih, kadang termenung berpikir, kadang nangis, terus ketawa lagi. Beneran seperti hidup kan. Tidak selalu baik-baik saja, kadang ada juga shit happen terjadi, tapi ya tetap harus dinikmati perjalanannya. Namanya juga hidup.
Apakah novel ini bisa dibaca stand alone tanpa membaca volume pertama, jawabannya bisa tetapi jika kita ingin mengetahui universe berpikir dan alasan Timun membuat keputusan menghidupin impiannya sebagai pemain band, kalian perlu membaca Timun Jelita volume pertamanya.
Novel ini bisa banget dibaca untuk kamu yang ingin cerita komedi yang fresh, tidak hanya lucu, tapi menawarkan value yang lebih dalam. Yeoreobun Timun Jelita laneun chaeg-eul ilg-eoboseyo.
0 comments:
Post a Comment