Friday, May 23, 2025

Pembunuhan Misteri penuh Manipulatif ala Towards Zero karya Agatha Christie

 


Towards Zero | Agatha Christie | Gramedia Pustaka Utama | Cetakan Kelima, Juli 2003 | 320 halaman 

Rate : 5/5 ⭐


"Sayang awal cerita-cerita itu biasanya salah! Dimulai dengan pembunuhan-padahal pembunuhan adalah akhirnya. Segalanya berawal jauh sebelumnya, kadang-kadang bertahun-tahun sebelumnya, dengan segala macam kejadian yang berkaitan, yang mengarahkan orang-orang tertentu, pada suatu waktu tertentu, ke tempat tertentu pula. Semua mengarah ke satu titik... Kemudian, ketika saatnya tiba... terjadilah! Titik Nol!"

Hai Annyeong Teman Nunna 

Nunna hadir lagi untuk bahas novel karya eyang Agatha Christie yak. Kali ini judulnya Towards Zero atau Menuju Titik Nol. Honestly, ini adalah pembacaan kedua ya. Terlihat kan dari versi novel yang dibaca dari terbitan 2003. Its means 22 years ago, what a life hahahha. Tapi ya, seperti biasa pembacaan kesekian selalu berbeda rasa dari pembacaan pertama. Apalagi setelah 20 tahun lebih berlalu. 

Okay, novel ini dibuka dengan penyajian tokoh-tokoh utama yang terlibat, namun di luar list tokoh yang disajikan di awal ada tokoh tokoh pendukung yang nantinya memberikan hint pencerah kasus pembunuhan di novel ini. Dilanjutkan dengan fragment cerita tentant Mr. Treves dengan kolega hukumnya dan  Inspektur Battle dengan Silvia anaknya. Di awal, saya merasa fragmen cerita ini hubungannya apa sih dengan keseluruhan cerita? Kenapa begitu pentingnya hingga diletakkan di awal? Ternyata oh ternyata, fragmen cerita tersebut nantinya juga merupakan pondasi yang membangun kisah dalam novel ini. 

Kejanggalan peristiwa dalam novel Towards Zero ini berawal dari prahara rumah tangga sih. Ketika Neville Strange berencana mempertemukan Kay Strange istrinya sekarang dan mantan istrinya Audrey Strange di rumah Lady Camilla Tressilian, di Gulf's Point. Audrey yang terbiasa rumah tersebut di bulan September tidak bisa menolak permintaan Neville untuk bertemu di sana. Dan malangnya Lady Tressilian terjebak dalam segitiga abadi itu di rumahnya sendiri. Pertemuan yang pada ujungnya digegerkan dengan kematiannya yang dibunuh dengan hantaman benda tumpul di suatu malam. 

Kemudian, dilanjutkan dengan proses investigasi yang menarik oleh Inspektur Battle dan James Leach. Interogasi dilakukan kepada setiap nama yang terlibat di dalam rumah  itu. Mulai dari pelayan, asisten pribadi, tukang masak, hingga para tamu. Termasuk orang asing yang terkait. Yang menarik, di awal semua bukti terhimpun mengarah pada Neville Strange sebagai pembunuh Lady Tressilian. Namun, bukti yang ada itu dianggap ganjil oleh Battle, ia merasa ada yang tidak match dari semuanya. Namun, sebuah fakta dan kesaksian membuat Neville selamat dari jeratan hukum, yang kemudian mengarah pada mantan istrinya Audrey. Tapi lagi-lagi menariknya, plot twist terjadi karena kesaksian dari seseorang yang out of nowhere hadir dalam penyelidikan itu. 


Saya sih mencatat ada empat poin menarik dari novel ini, dari sisi cerita ga usah lah ya diragukan kalau karya Agatha Christie mah. 


Yang pertama, tokoh dalam novel ini memiliki beragam karakter yang menarik. Salah satu karakter menarik menurut saya adalah Audrey Strange. Tenang bagaikan Lady, nampak tidak banyak berekspresi, namun sesungguhnya di dalamnya seperti gunung api yang bergejolak dan siap meledak kapanpun. Ini juga diungkap oleh Battle di akhir novel. Seseorang yang bertahun-tahun hidup dicekam ketakutan itu dapat melumpuhkan, kita seolah dibuat tidak dapat berpikir dan lemah. Dan itulah yang terjadi pada Audrey. 


Yang kedua, plot twist dan letusan fakta yang gila sekali diungkapkan tepat hampir di akhir cerita. Membuat fakta dan data yang telah tersusun rapi sejak awal menjadi hancur seketika. Dan ini memang keahlian Agatha Christie dalam menciptakan plot cerita yang tidak mudah ditebak. 


Yang ketiga, alur penceritaan yang cepat. Entah mengapa, novel ini terasa lebih cepat dibaca setelah kedua kali saya baca kali ini. Sepertinya saya sebagai pembaca mudah sekali mengikuti alur berpikir parah tokoh, alur cerita, dan hingga pada akhir cerita ekspresi yang saya dapat adalah, loh udah kelar?


Yang keempat, metode pemecahan kasus yang unik. Berawal pada Battle yang merasa ada sesuatu yang membuatnya mengingat Poirot, cara interogasi yang menarik dengan membiarkan semua orang menceritakan semua hal dari sisi mereka, dan dilakukan berulang-ulang, hingga teknik menyudutkan terduga pelaku pembunuhan Lady Tressilian yang membuat ia secara psikologis tertekan dan mengungkapkan sendiri kebenarannya. 


Overall, novel Towards Zero ini meskipun berjarak 20 tahunan saya baca kembali, tetap asyik buat dibaca. Teman Nunna bisa baca buku fisiknya atau bisa digital juga. Mana saja senyaman kalian. 

Sampai bertemu di ulasan buku lainnya. 

Happy Reading. 


Saranghae, Nunna

0 comments:

Post a Comment