Wednesday, November 30, 2022

,

Cerita tentang yang Hilang ; Ulasan Novel Episode Hujan karya Lucia Priandarini

 


📚 Book Review 📚

Identitas Buku 

Judul : Episode Hujan

Penulis : Lucia Priandarini

Penerbit : Grasindo

Tebal Buku : 292 hlm

Tahun Terbit : 2016

Platform Baca : Gramedia Digital

Rate : 4/5

Jika memang Lorong yang sedang saya jalani ini berujung tembok, ya biar saya saja yang menabrak tembok itu. - Max Wangge


Annyeong Teman Nunna, 
Kali ini Nunna hadir akan membahas sebuah buku atau novel kali yah berjudul Episode Hujan karya Lucia Priandarini. Saya menyebut pertemuan saya dengan novel Episode Hujan ini seperti digerakkan semesta. Berawal dari ingin ikut challenge bulanan dari komunitas Gerakan One Week One Book bulan November yang memiliki tema "Hujan". Mencoba mencari buku secara random di aplikasi Gramedia Digital dengan kata kunci "Hujan". Dan muncullah beberapa pilihan. Mata saya langsung tertuju pada Episode Hujan, karena sekilas membaca judul di sampulnya. Saya pikir saat itu, ah romance nih pasti mudah bacanya paling juga sekali duduk kelar. 

Begitu saya baca beberapa lembar, langsung saya berhenti dan tercengang. Hei ini bukan cerita romance tapi emang genre cerita yang saya suka. Jadi sesungguhnya, saya agak gak menyangka kalau novel yang kesannya romance dari judul dan covernya ini ternyata memiliki cerita yang "agak berat" saya pikirnya novel cinta cintaan yang ringan yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Apalagi tukilan quote "Hadiah terbaik dari menemukan pasangan yang tepat adalah kita selalu bisa jadi diri sendiri" yang menguarkan aroma romance, ternyata salah. 

Saya sejak dulu memang suka sekali novel atau cerita berlatar sejarah terutama yang terkait peristiwa 1965 dan 1998. Dan ternyata Episode Hujan ini merupakan novel yang berlatar peristiwa 1998. Periode sejarah Indonesia yang sampai sekarang pun penuh misteri.

Jadi buku ini merupakan novel yang konon ditulis berdasarkan kisah nyata salah satu tokohnya. Tokoh Max Wangge dalam novel ini terinspirasi oleh Bima Petrus, aktivis 98 yang hilang. Dan penulis, Lucia Priandarini saat itu mewawancara adik dari Bima untuk menggali cerita. 


Katya dan Cita-citanya Sebagai Wartawan

Novel ini berpusat pada perempuan muda bernama Katya Atiningmas yang bermimpi menjadi wartawan selepas lulus kuliah. Terlebih dia sangat kagum oleh Max Wangge, seorang wartawan dan aktivis. Sehingga membuat Katya bercita cita menjadi bagian dari media Barometer. Meskipun setelah ia mengenal Max Wanggai, Katya menyadari bahwa resiko menjadi wartawan cukup besar. Salah satunya adalah resiko masuk di jajaran orang hilang seperti Max. 

Kok ngeri? Iya begitulah yang Katya alami dan yang menjadikan dilema bagi Katya. Di awal novel diceritakan bagaimana semangatnya Katya hendak bertemu dengan Max. Ia hendak melakukan misi mewawancarai Max. Mereka pun bertemu, dan seperti fans bertemu dengan idolanya, Katya seperti kehilangan kata-kata saat bertemu dengan Max. Namun, kebahagiaan Katya ini hanya sejenak karena esoknya Max sudah tidak lagi ditemukan di mana-mana. Max hilang. 

Hilangnya Max seperti banyak aktivis lainnya tidak menyurutkan impian Katya menjadi wartawan. Tapi cita-cita itu ditentang oleh ibunya yang ingin dia menjadi guru atau profesi apapun lah selain wartawan. Namun Katya tidak putus asa dengan impiannya, ia akhirnya tetap menjadi wartawan tapi bukan Barometer melainkan majalah Senarai. Ia juga menjadi guru relawan di PKBM. Sekolah gratis yang membawanya kembali ke petualangan dan bertemu dengan rekan setim Max di Barometer.

Cerita Berlatar Sejarah dengan Bahasa Lugas

Novel ini seperti yang saya sampaikan di awal buat saya bukan merupakan novel yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Bahasanya lugas tapi dalam dan penuh makna. Bahasa bahasa yang lugas seperti mewakili karakter dan alur ceritanya yang berkaitan dengan dunia jurnalis, korupsi, dan politik. Ada beberapa bagian yang saat kita baca sarat makna meskipun diksinya lugas. Jadi, pembaca seperti lebih mudah relate dan memahami kisah yang melatari novel ini tanpa harus mengernyitkan kening. 

Kisah kisah tentang peristiwa kerusuhan 1998 ini beserta banyaknya aktivis dan orang yang hilang sepanjang masa kelam itu merupakan kisah yang tidak habis untuk diulik. Dan Episode Hujan menurut saya bisa menangkap kegelisahan, kepelikan, dan problematika yang terjadi di masa masa itu. 

Apakah novel ini layak dibaca oleh orang orang yang tidak hidup di masa kerusuhan 1998? Kalau saya bilang sih masih bisa relate dibaca oleh semua orang bahkan yang mungkin tidak hidup di masa-masa itu. Karena bahasa dan diksi yang digunakan lugas dan metaforis. Dan novel Episode Hujan ini akhirnya jadi salah satu novel berlatar sejarah 1998 yang menjadi favorit saya.

Dan seperti novel-novel berlatar sejarah dan peristiwa 1998 lainnya, saat membaca novel ini pembaca akan diajak untuk berpikir dan menganilisa setiap peristiwa yang tersaji dalam novel dan "fakta" yang kita kadang tergilitik untuk mengkorelasikannya dengan fakta yang terjadi di dunia nyata. 

Hujan, Episode Hujan, dan Katya

Hujan dan Katya seperti menjadi musuh yang seakan ditakdirkan bertemu terus. Katya membenci hujan karena banyak peristiwa traumatis yang terjadi di kala hujan. Kematian kakak kandungnya, ibunya, hingga hilangnya Jani, murid Katya di PKBM gratis yang berada di pinggiran Jakarta.  

Dan ada episode hujan apa lagi yang membuat Katya semakin murung di kala hujan? Teman Nunna wajib baca novelnya deh. Dan semua rasa penasaran akan terjawab. 

Overall, novel Episode Hujan ini menjadi bahan bacaan yang segar untuk dibaca bagi semua pembaca. Kalau Teman Nunna suka baca kisah yang berlatar sejarah tapi gak mau yang terlalu berat bahasanya, Episode Hujan ini pilihan tepat. 

Segini dulu deh ulasan Nunna. Semoga bermanfaat yah. 

Saranghae, Nunna.  


0 comments:

Post a Comment