Timun Jelita || Raditya Dika || Penerbit Gagas Media || Cetakan Pertama, 2024 || 174 halaman
Rate : 5/5 ⭐
Hi Annyeong Teman Nunna
Satu buku yang kali ini Nunna bahas adalah karya dari salah satu penulis Indonesia favorit Nunna. Yap bang Raditya Dika meluncurkan karya baru berupa novel bertajuk Timun Jelita. Waktu ulasan novel ini ditulis, volume keduanya bahkan sudah terbit. Untuk saat ini kita bahas volume pertamanya dulu yah.
Sebagai pembaca karya Raditya Dika, saya tentu maklum jika pemilihan judul novelnya selalu terlihat "ajaib". Namun kali ini, berbeda dengan judul karyanya sebelumnya, Raditya Dika tidak memilih hewan sebagai judulnya tapi sayuran. Pemilihan Timun sebagai nama tokoh tentunya ini sudah cukup unik, bagaimana jika si tokoh ini adalah laki-laki berusian 40 tahunan dan baru merasa kalau ia ingin mewujudkan impiannya saat muda, bermain band. Makin unik kan? Keunikan ini yang membuat saya tertarik banget menuntaskan baca dan mengulasnya untuk teman-teman.
Seperti yang sebelumnya saya ungkap, betul novel ini berkisah tentang laki-laki berusia 40 tahun, seorang akuntan freelance, yang teringat akan hobinya saat SMA dulu ketika mendapatkan warisan gitar dari almarhum ayahnya. Impian menjadi pemain band sempat ia kubur kemudian, ia saat itu dipahamkan bahwa pada akhirnya, uang lebih penting dari kesenangan pribadi. Iapun fokus kuliah dan kemudian menjadi akuntan. Hingga setelah ayahnya meninggal, Timun mendapatkan warisan sebuah gitar Mustang. Tepat di saat ia merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan dan hidupnya. Ia berpikir, mungkin ini saatnya ia mewujudkan impiannya bermain musik, membentuk band.
Novel ini sebagian besar berputar pada perjalanan Timun mewujudkan impiannya bermain musik atau ngeband paling tidak di depan 100 penonton. Ia kemudian dipertemukan kembali dengan sepupunya yang berpaut usia cukup jauh, bernama Jelita. Jelita yang tadinya enggan memulai lagi project musik akhirnya luluh juga. Dan perpaduan orang tua dan anak muda dalam duo band dengan nama Timun Jelita pun memulai petualangannya.
Di novel ini, terlihat bagaimana Timun harus struggling menyamakan langkah dengan Jelita. Mengejar ketertinggalannya dalam dunia musik dan memperbarui diri dengan tren yang ada. Termasuk Jelita, ia harus dihadapkan dengan tantangan menyamakan pace langkahnya dalam bermusik dengan Timun. Dalam perjalanan duo band ini membuat mereka, Timun dan Jelita belajar banyak hal.
Timun menemukan jati dirinya. Ia sadar, menjadi dirinya sendiri, seorang pria berusia 40 tahun, lengkap dengan fashion style, kekakuan, dan cara berkomunikasi yang berbeda. Sedangkan Jelita, akhirnya bisa berdamai dengan dirinya sendiri, luka batinnya sembuh dan ia bisa menghilangkan keegoisannya dalam project musik Timun Jelita.
Seperti biasa, tulisan-tulisan Raditya Dika selalu enak dibaca dan tentu sarat akan riset yang disajikan dengan ringan sehingga novel ini tidak hanya ringan dibaca tapi juga mudah dipahami dan relatable bagi pembaca. Raditya Dika berhasil membuat pembaca yang mungkin akan atau bahkan sudah berusia 40 tahun kembali yakin untuk mencoba dan menghidupkan kembali impian atau kesenangan masa mudanya. Kesenangan yang mungkin tersisihkan karena sibuk dengan tuntutan hidup.
Apakah novel ini layak dibaca? Definitely Yes. Kalau kamu pembaca karya-karya Raditya Dika atau bahkan belum pernah membaca satupun, kamu pasti bisa langsung jatuh cinta pada Timun Jelita. Gak sabar baca volume keduanya. Nanti akan saya ulas juga yah. Tunggu.
Selamat membaca ya.
Saranghae, Nunna
0 comments:
Post a Comment