Tuesday, April 29, 2025

MBTI, BTS, dan Kesadaran Kesehatan Mental di Korea Selatan



Hi annyeong Teman Nunna

Mungkin Teman Nunna yang mengenal Nunna secara personal, pasti tahu kalo manusia satu ini adalah Army BTS. Nah karena bulan Juni nanti adalah anniversary BTS ke 12, maka Nunna punya little project untuk persembahan bagi BTS. Project Blog 12 for 12. Nah tulisan ini merupakan awal dari rangkaian 12 tulisan blog bagi BTS. Kali ini Nunna akan bahas tentang kesehatan mental, MBTI, dan BTS. Selamat membaca chinguya.

Kalau ngomongin BTS, pasti yang kebayang pertama kali adalah grup idol K-pop yang sukses banget di seluruh dunia. Mereka bukan cuma dikenal karena lagu-lagu hits dan penampilan panggung yang keren, tapi juga karena dampak positif yang mereka bawa ke banyak orang. Salah satu topik yang sering banget dibahas di kalangan ARMY (sebutan buat fans BTS) adalah kesehatan mental—karena BTS berani ngomongin hal ini di lagu-lagu mereka, wawancara, bahkan di forum PBB!

Nah, pernah gak sih kepikiran kalau ada hubungannya antara sejarah BTS, kesehatan mental, dan MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)? Yuk, kita bahas lebih dalam, tapi tetap santai dan asyik!

Sejarah BTS: Dari Nol Sampai Global

BTS debut di tahun 2013 di bawah Big Hit Entertainment, yang saat itu masih agensi kecil di industri K-pop. Berbeda dari grup K-pop lain yang biasanya debut dengan latar belakang perusahaan besar dan dana promosi melimpah, BTS harus mulai dari bawah. Mereka sering dianggap remeh dan harus kerja ekstra keras buat dapetin tempat di industri yang super kompetitif.

Tapi yang bikin BTS beda dari grup lain adalah cara mereka menyampaikan pesan lewat musik. Dari awal, BTS udah ngomongin isu yang relevan dengan anak muda, termasuk tekanan akademik, impian yang sulit diraih, sampai perasaan kesepian dan kehilangan arah. Lagu-lagu mereka kayak No More Dream, N.O, dan Whalien 52 udah nunjukin bahwa mereka gak cuma nyanyi tentang cinta, tapi juga kehidupan yang penuh tantangan.

Seiring waktu, BTS makin sukses, tapi mereka juga tetap membahas isu kesehatan mental dalam lagu-lagu mereka. Album Wings (2016), Love Yourself (2017-2018), dan Map of the Soul (2019) punya tema besar tentang penerimaan diri, perjuangan melawan inner demons, dan menemukan jati diri.
Karena inilah, banyak fans yang merasa "terhubung" sama BTS, karena mereka gak cuma menawarkan musik yang enak didengar, tapi juga dukungan emosional yang nyata.

Kesehatan Mental dalam Musik dan Kehidupan BTS

BTS adalah salah satu idol group yang paling vokal soal kesehatan mental. Di industri hiburan Korea yang keras dan penuh tekanan, BTS berani jujur soal rasa cemas, depresi, dan ketakutan mereka sendiri.

Lagu-Lagu yang Mengangkat Isu Kesehatan Mental
Banyak lagu BTS yang membahas perjuangan mental. Beberapa yang paling terkenal adalah:
"The Last" – Agust D (Suga) Lagu ini adalah curahan hati Suga tentang perjuangannya melawan depresi, gangguan kecemasan, dan tekanan sebagai idol. Dia bahkan dengan jujur menyebut pernah ke psikolog dan mengalami serangan panik.

"Blue & Grey" Lagu yang ditulis V ini menggambarkan rasa kesepian dan kehilangan makna hidup. Warna blue & grey dalam liriknya menggambarkan kesedihan yang dalam.

"Epiphany" – Jin Lagu ini membahas tentang mencintai diri sendiri, yang sering jadi tantangan besar buat orang yang berjuang dengan kesehatan mental.

"Magic Shop" Lagu ini ditulis sebagai bentuk surat cinta buat ARMY, memberi pesan bahwa ketika dunia terasa terlalu berat, masih ada tempat yang bisa memberikan ketenangan.

BTS juga pernah mengungkap kalau mereka masing-masing punya tantangan mental tersendiri. RM pernah bilang kalau dia mengalami banyak tekanan karena harus jadi leader dan menghadapi ekspektasi tinggi. V mengaku sering merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Jin pernah merasa cemas karena takut gak cukup baik.

Bahkan Jungkook, yang dikenal paling ceria, pernah menangis saat konser dan bilang kalau dia selalu berusaha keras untuk gak mengecewakan fans, tapi kadang merasa terbebani.
Pesan mereka jelas: kesehatan mental itu penting, dan gak apa-apa kalau kita gak selalu baik-baik aja.

MBTI: Kepribadian BTS dan Kesehatan Mental

MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator adalah tes kepribadian yang membagi manusia ke dalam 16 tipe berbeda berdasarkan bagaimana mereka memproses informasi, mengambil keputusan, dan berinteraksi dengan dunia.
Menariknya, tiap member BTS punya MBTI yang beda-beda, dan ini bisa dikaitkan dengan cara mereka menghadapi tekanan mental.

Berikut MBTI terbaru mereka dan sedikit analisisnya:

RM (ENTP – The Debater) Sebagai leader, RM punya tipe kepribadian yang penuh ide dan suka berdiskusi. Tapi karena sifatnya yang perfeksionis dan selalu berpikir jauh ke depan, dia sering overthinking dan merasa tertekan.

Jin (INTP – The Logician) Jin lebih santai dibanding member lain, tapi sebagai tipe pemikir, dia sering menyimpan perasaannya sendiri. INTP cenderung kurang ekspresif secara emosional, yang bisa bikin mereka merasa kesepian dalam diam.

Suga (ISTP – The Virtuoso) Suga adalah tipe orang yang suka bekerja sendiri dan gak terlalu suka basa-basi. Tapi ISTP juga sering mengalami emotional burnout, apalagi kalau merasa terkekang atau gak bisa melakukan hal yang mereka sukai.

J-Hope (INFJ – The Advocate) INFJ terkenal sebagai orang yang sangat peduli dengan orang lain, tapi juga rentan terhadap kelelahan emosional karena selalu berusaha menyenangkan semua orang.

Jimin (ESTP – The Entrepreneur) Jimin punya energi yang tinggi dan senang berinteraksi dengan orang lain. Tapi ESTP juga bisa impulsif dan mudah terpengaruh mood, yang bisa membuat mereka sulit mengatur emosi.

V (INFP – The Mediator) V punya tipe kepribadian yang sangat emosional dan artistik. INFP sering tenggelam dalam perasaan mereka sendiri, dan kalau gak hati-hati bisa terjebak dalam pikiran negatif.
Jungkook (ISFP – The Adventurer) Jungkook adalah tipe orang yang menikmati kebebasan dan spontanitas. Tapi ISFP juga sangat sensitif terhadap kritik dan mudah merasa gak cukup baik, yang bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Dari sini, bisa dilihat kalau tiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi tekanan. Dan itulah kenapa BTS selalu mengingatkan fans untuk mengenali diri sendiri dan gak membandingkan diri dengan orang lain.

Kenapa BTS, Kesehatan Mental, dan MBTI Itu Berkaitan?
Ada beberapa alasan kenapa tiga hal ini saling terhubung:
  • BTS Mengajarkan Self-Awareness MBTI membantu kita memahami diri sendiri, dan BTS selalu mendorong fans untuk lebih mengenali perasaan mereka.
  • Mereka Membuktikan Bahwa Semua Orang Bisa Berjuang Melawan Masalah Mental Gak peduli seberapa sukses seseorang, semua orang bisa mengalami tekanan mental. BTS adalah contoh nyata bahwa berbicara tentang kesehatan mental itu gak tabu.
  • MBTI Bisa Membantu Kita Menemukan Cara Coping yang Tepat Dengan tahu tipe kepribadian kita, kita bisa lebih paham cara terbaik untuk mengatasi stres dan kecemasan.

Belajar dari BTS untuk Merawat Kesehatan Mental

BTS bukan cuma sekadar boy group. Mereka adalah simbol dari perjuangan, pertumbuhan, dan penerimaan diri. Lewat lagu-lagu dan cerita hidup mereka, BTS udah banyak membantu orang yang merasa sendirian atau kehilangan arah.

Jadi, kalau lagi merasa down, ingatlah pesan dari BTS:
Gak apa-apa buat merasa sedih. Itu manusiawi.
Kenali dirimu sendiri (MBTI bisa jadi alat bantu).
Cari cara coping yang cocok buat kamu.
Dan yang paling penting, seperti kata BTS: Love Yourself!


Saranghae, Nunna.

Monday, April 28, 2025

Timun Jelita ; Tak Ada yang Salah Mulai Wujudkan Impian di Usia 40


Timun Jelita || Raditya Dika || Penerbit Gagas Media ||  Cetakan Pertama, 2024 || 174 halaman 

Rate : 5/5 ⭐

Hi Annyeong Teman Nunna

Satu buku yang kali ini Nunna bahas adalah karya dari salah satu penulis Indonesia favorit Nunna. Yap bang Raditya Dika meluncurkan karya baru berupa novel bertajuk Timun Jelita. Waktu ulasan novel ini ditulis, volume keduanya bahkan sudah terbit. Untuk saat ini kita bahas volume pertamanya dulu yah.

Sebagai pembaca karya Raditya Dika, saya tentu maklum jika pemilihan judul novelnya selalu terlihat "ajaib". Namun kali ini, berbeda dengan judul karyanya sebelumnya, Raditya Dika tidak memilih hewan sebagai judulnya tapi sayuran. Pemilihan Timun sebagai nama tokoh tentunya ini sudah cukup unik, bagaimana jika si tokoh ini adalah laki-laki berusian 40 tahunan dan baru merasa kalau ia ingin mewujudkan impiannya saat muda, bermain band. Makin unik kan? Keunikan ini yang membuat saya tertarik banget menuntaskan baca dan mengulasnya untuk teman-teman. 

Seperti yang sebelumnya saya ungkap, betul novel ini berkisah tentang laki-laki berusia 40 tahun, seorang akuntan freelance, yang teringat akan hobinya saat SMA dulu ketika mendapatkan warisan gitar dari almarhum ayahnya. Impian menjadi pemain band sempat ia kubur kemudian, ia saat itu dipahamkan bahwa pada akhirnya, uang lebih penting dari kesenangan pribadi. Iapun fokus kuliah dan kemudian menjadi akuntan. Hingga setelah ayahnya meninggal, Timun mendapatkan warisan sebuah gitar Mustang. Tepat di saat ia merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan dan hidupnya. Ia berpikir, mungkin ini saatnya ia mewujudkan impiannya bermain musik, membentuk band. 

Novel ini sebagian besar berputar pada perjalanan Timun mewujudkan impiannya bermain musik atau ngeband paling tidak di depan 100 penonton. Ia kemudian dipertemukan kembali dengan sepupunya yang berpaut usia cukup jauh, bernama Jelita. Jelita yang tadinya enggan memulai lagi project musik akhirnya luluh juga. Dan perpaduan orang tua dan anak muda dalam duo band dengan nama Timun Jelita pun memulai petualangannya. 

Di novel ini, terlihat bagaimana Timun harus struggling menyamakan langkah dengan Jelita. Mengejar ketertinggalannya dalam dunia musik dan memperbarui diri dengan tren yang ada. Termasuk Jelita, ia harus dihadapkan dengan tantangan menyamakan pace langkahnya dalam bermusik dengan Timun. Dalam perjalanan duo band ini membuat mereka, Timun dan Jelita belajar banyak hal.

Timun menemukan jati dirinya. Ia sadar, menjadi dirinya sendiri, seorang pria berusia 40 tahun, lengkap dengan fashion style, kekakuan, dan cara berkomunikasi yang berbeda. Sedangkan Jelita, akhirnya bisa berdamai dengan dirinya sendiri, luka batinnya sembuh dan ia bisa menghilangkan keegoisannya dalam project musik Timun Jelita. 

Seperti biasa, tulisan-tulisan Raditya Dika selalu enak dibaca dan tentu sarat akan riset yang disajikan dengan ringan sehingga novel ini tidak hanya ringan dibaca tapi juga mudah dipahami dan relatable bagi pembaca. Raditya Dika berhasil membuat pembaca yang mungkin akan atau bahkan sudah berusia 40 tahun kembali yakin untuk mencoba dan menghidupkan kembali impian atau kesenangan masa mudanya. Kesenangan yang mungkin tersisihkan karena sibuk dengan tuntutan hidup. 

Apakah novel ini layak dibaca? Definitely Yes. Kalau kamu pembaca karya-karya Raditya Dika atau bahkan belum pernah membaca satupun, kamu pasti bisa langsung jatuh cinta pada Timun Jelita. Gak sabar baca volume keduanya. Nanti akan saya ulas juga yah. Tunggu.


Selamat membaca ya.

Saranghae, Nunna


Sunday, April 20, 2025

Perempuan, Cinta, dan Perang dalam Perempuan Kembang Jepun Karya Lan Fang


Hi Annyeong Teman Nunna

Kali ini Nunna mau ajak teman-teman membaca sebuah novel yang sarat dengan banyak hal selain tragical romance, nilai historis, juga banyak cerita tentang perempuan di masa-masa sulit penjajahan kala itu. Novel itu adalah Perempuan Kembang Jepun karya penulis perempuan asal Jawa Timur, Lan Fang. Novel yang diterbitkan pertama kali tahun 2006 ini ternyata di tahun 2025 masih menarik untuk dibaca dan diperbincangkan. 

Yap Nunna bukan pertama kali membaca novel ini. Dulu, waktu kuliah du Sastra Indonesia, novel ini pernah dijadikan bahan bacaan wajib dan didiskusikan di forum kuliah. Saat itu karena novel ini memiliki banyak keuniikan, selain mengangkat kisah lokal dan berlatar di Surabaya yang menjadikan Perempuan kembang Jepun menjadi menarik saat itu karena penulisnya yang seorang perempuan dan menceritakan tentang perempuan. Di masa itu, Nunna ingat sekali sedang tren film Memoirs of Geisha yang pertama kali tayang tahun 2005 dan juga novel karya Remy Sylado berjudul Kembang Jepun yang terbit di tahun 2003. Ketiga karya yang saat itu kemudian disandingkan, dibandingkan, dan didiskusikan.

Jadi, membacanya ulang kali ini seperti membawa kenangan lagi kala itu namun entah mengapa kali ini saat membaca novel Perempuan Kembang Jepun ini ada sensasi yang berbeda. Usia yang lebih dewasa, pemahaman atas hidup, dan pengalaman membuat pengalaman pembacaannya pun menjadi berbeda.

Lan Fang, penulis novel Perempuan Kembang Jepun, menurut saya berhasil menghadirkan kisah tentang perempuan-perempuan yang ada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Ada tiga tokoh perempuan yang ditonjolkan dalam novel ini, Sulis, Matsumi atau Tjoa Kim Hwa, dan Kaguya atau Lestari. Ketiganya bertalian takdir dengan seorang laki-laki bernama Sujono. Ketiganya memiliki luka, cinta, dan penderitaan masing-masing sehingga terbentuk menjadi perempuan yang "keras" saat menghadapi kesulitan hidup. 

Sulis, misalnya. Ia tumbuh dalam kemiskinan orang tuanya dan harus dititipkan ke neneknya di kota untuk membantu menjual jamu. Sulis sangat terkenal di kalangan tukang becak, kuli, atau pekerja kasar lain di wilayah utara Surabaya karena memiliki wajah yang ayu, kulit bersih, dan badan yang sintal menggoda. Sulis memiliki banyak pelanggan dan salah satunya adalah mas Wandi. Lelaki yang usianya bahkan sama dengan bapak Sulis inilah yang kemudian menjadi lelaki pertama yang merenggut keperawanannya sebelum ia bertemu dengan Sujono. Saat ia pada akhirnya menikah dengan Sujono, Sulis baru merasakan mungkin ia salah memilih suami karena kehidupan rumah tangga yang ia jalani bersama Sujono jauh dari bayangannya. 

Matsumi atau Tjoa Kim Hwa berbeda lagi. Ia merupakan Geisha tersohor di Gion sebelum ia mengikuti Shosho Kobayashi ke Surabaya. Namun, ia harus "dibuang" dulu ke Jakarta dan terpaksa mengubah namanya Matsumi menjadi Tjoa Kim Hwa agar  menyamarkan identitasnya. Jauh dari Gion ia mendapati kenyataan bahwa banyak perempuan yang disebut menjadi perempuan yang menemani para prajurit setelah berperang bukanlah geisha sepertinya. Ia dulu sebelum menjadi Geisha harus belajar banyak hal, menari, menyanyi, menyajikan teh dan banyak hal untuk membuat laki-laki yang ditemaninya mencapai puncak kenikmatan yang maksimal. Tapi yang ia lihat di daerah Kembang Jepun dan beberapa daerah lain jauh dari sebuah seni. Mereka hanya seperti budak sex saja, dan baru ia tahu perempuan-perempuan itu disebut jugun ianfu. 

Takdir mempertemukannya dengan Sujono, Matsumi jatuh cinta pada Sujono dan menabrak semua aturan yang ia pegang selama ini sebagai Geisha. Bahkan ia rela meninggalkan Sosho Kobayashi demi Sujono, laki-laki berprofesi sebagai kuli panggul yang ia temui beberapa kali. Matsumi berpikir ia akan memiliki keluarga yang seutuhnya dan bahagia saat bersama Sujono. Dan ternyata, ia salah. Hidupnya tidak bahagia dan merasa harga dirinya sebagai perempuan direndahkan. Bahkan ia sudah di titik tidak lagi mencintai Sujono seperti dulu. 

Kaguya atau Lestari juga memiliki kisah menarik yang bertalian takdir dengan Sujono. Kaguya adalah anak dari Matsumi dan Sujono. Karena situasi yang sulit saat peralihan pendudukan dan Jepang terusir dari Indonesia, Matsumi merasa keputusan terbaiknya saat itu adalah meninggalkan Kaguya dengan orang-orang baik untuk dirawat sementara di klenteng Hok An Kiong. Matsumi berjanji akan kembali secepatnya untuk membawa Kaguya, namun takdir berkata lain. Kaguya akhirnya ditemukan kembali dengan Sujono dan Sujono akhirnya berkeras untuk merawat Kaguya. Demi keamanan, namanya pun diubah menjadi Lestari oleh Sujono agar cintanya dengan Matsumi tetap lestari. 

Namun, hidup bersama Otosan (Sujono) ternyata membawa Kaguya layaknya hidup di neraka. Ia yang terbiasa mendapatkan segala hal yang diinginkan, gula-gula, perhatian, kasih sayang yang cukup dari banyak orang di sekelilingnya, saat bersama Sujono ia hanya mendengar cacian dari Sulis dan perlakuan buruk dari saudara tirinya. Bahkan ia mendapatkan trauma yang dalam saat hidup di bilik kecil bersama mereka. Sampai pada akhirnya, Sujono membaca Kaguya kembali ke rumah Matsumi tempat ia dilahirkan dan dibesarkan dulu. 

Dari ketiga perempuan "sial" itu bertalian takdir pada satu pria, Sujono. Seorang laki-laki yang egonya harus selalu diberi makan namun terkadang lupa perannya sebagai laki-laki dan suami dalam keluarga. Meskipun Sujono gagal menjadi suami bagi Sulis dan Matsumi juga ayah bagi Joko, anaknya bersama Sulis. Sujono berusaha tidak gagal menjadi bapak bagi Lestari. Cintanya pada Lestari sebesar cintanya pada Matsumi. 

Menurut saya, sikap red flagnya pada Sulis berbeda dengan Matsumi. Jika pada Sulis, sikap kasar dan perlakuan buruknya lebih berdasarkan rasa amarah sementara pada Matsumi karena ia cemburu dan takut kehilangan Matsumi. Namun kesalahan terbesar Sujono adalah pemalas dan enggan mencari nafkah untuk kehidupan keluarga yang lebih baik. Meskipun, hal itu ditebusnya dengan bekerja keras mati-matian untuk memberikan kehidupan layak bagi Lestari, namun semua itu terlambat. Karena ia telah kehilangan Matsumi dan harus hidup dengan Sulis, perempuan yang dibencinya. 

Mengapa novel Perempuan Kembang Jepun ini masih layak dibaca?

Novel ini masih layak dibaca saat ini bahkan 19 tahun dari tahun penerbitan awalnya. Saat ini kita bisa baca novel ini di berbagai platform digital, kalau Nunna membacanya di Gramedia Digital. Nah kembali mengapa novel ini masih layak dibaca? 

Bagi saya, tentu saja karena kekuatan latar penceritaan dan detail yang disajikan oleh penulis. Bagaimana penulis bisa menangkap peristiwa yang terjadi di masa-masa kelam itu dan menghadirkannya dalam bentuk narasi yang menarik. Bagaimana penulis menggambarkan Surabaya tempo dulu terutama daerah Pecinan seperti Kembang Jepun. Budaya dan antropologi masyarakat direkam dengan baik. Bagaimana kegemaran kuli dan tukang becak di tanjung Perak meminum jamu gendongan, bagaimana dunia prostitusi di masa itu, kegelisahan di masyarakat yang muncul di masa peralihan pendudukan Belanda dan Jepang juga pengusiran Jepang dari Tanah Air. Semua itu ditampilkan dengan menarik di novel ini.

Karakter ketiga tokoh perempuan yang ditampilkan secara kuat sehingga bagi saya terlihat tidak ada tokoh yang benar-benar antagonis dari ketiga perempuan itu. Bahkan Sulis, yang digambarkan sangat kasar dan memperlakukan Sujono bahkan Lestari dengan jahat, saya melihatnya hanya bentuk pelampiasan dari semua luka dan penderitaan yang ia dapatkan dari Sujono. Sujono pun tidak benar-benar nampak sebagai tokoh antagonis, ia "hanya" tidak becus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Namun, ia tidak pernah gagal menjadi ayah yang baik bagi Lestari. Kekuatan penokohan dalam novel ini mungkin membuat pembaca tidak selalu setuju dengan keputusan tokoh-tokohnya, tapi kita  pasti bisa paham dan merasakan perasaan mereka.   

Selain itu semua, salah satu kekuatan dari novel ini adalah gaya bahasa yang digunakan. Perpindahan dari masing-masing tokoh bisa dirasakan dari gaya bahasa yang digunakan. Perubahan emosi dari masing-masing tokoh juga bisa terasa pada pemilihan diksi oleh penulis. Memang cenderung pemilihan bahasanya kasar dan terkadang vulgar di beberapa bagian situasi, namun kita bisa melihat itu merupakan bagian dari pembangunan karakter masing-masing tokoh. 

Novel ini penuh nuansa sejarah tapi tetap personal. Bukan cuma soal Jepang menjajah Indonesia, tapi tentang bagaimana perang mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang—terutama perempuan.Selain itu, novel ini juga sarat akan kritik sosial yang halus tapi mengena. Lan Fang nggak berkoar-koar soal feminisme, tapi lewat tokoh-tokoh perempuan di dalam novel ini, kita diajak memahami bagaimana posisi perempuan dalam sejarah sering kali dimarjinalkan.

Cerita dalam Perempuan Kembang Jepun ini juga masih relatable meski berlatar masa lalu, banyak konflik dalam novel ini yang masih relevan: soal identitas, cinta yang terlarang, pilihan hidup yang pahit, dan bagaimana manusia berusaha bertahan di tengah kehancuran.

Perempuan Kembang Jepun bukan sekadar novel sejarah atau roman biasa. Ini adalah cerita tentang keberanian, luka, dan cinta yang bertahan di tengah kehancuran. Dengan gaya bercerita yang halus tapi menggugah, Lan Fang berhasil menghadirkan potret perempuan yang kompleks dan penuh warna. Cocok banget buat kamu yang pengen baca novel dengan bobot emosional yang kuat tapi tetap gampang dinikmati. 

Kalau kamu suka novel yang bikin mikir sekaligus bikin hati bergetar, Perempuan Kembang Jepun jelas layak masuk daftar baca kamu berikutnya.

Perempuan Kembang Jepun || Lan Fang || @bukugpu || Edisi Digital, Maret 2012 || 288 halaman
Rate : 5/5 ⭐


Selamat membaca 
Saranghae, Nunna

Thursday, April 10, 2025

Petualangan ke 5 Hidden Gem di Jawa Timur: Keindahan Tersembunyi yang Wajib Dikunjungi


Hi Anyeong Teman Nunna 

Kali ini Nunna mau cerita dan ajak teman teman explore wisata di Jawa Timur. Jawa Timur itu luas banget. Bukan cuma soal Gunung Bromo atau Kawah Ijen yang udah terkenal, tapi juga punya banyak tempat tersembunyi yang gak kalah menakjubkan. Kalau kamu suka wisata yang masih alami, jauh dari keramaian, dan menawarkan pengalaman berbeda, lima hidden gem ini wajib masuk daftar perjalananmu.

Perjalanan ini kita mulai dari Surabaya, kota terbesar di Jawa Timur. Gak perlu pusing kalau gak punya kendaraan pribadi, karena aku bakal kasih rute transportasi alternatifnya juga. Jadi, siap buat petualangan ke tempat-tempat tersembunyi yang bakal bikin kamu jatuh cinta sama Jawa Timur? Yuk, berangkat!

1. Pantai Kedung Tumpang, Tulungagung – Laguna Indah ala Raja Ampat
Pantai Kedung Tumpang bukan sekadar pantai biasa. Di sini, kamu gak akan nemuin pasir putih seperti kebanyakan pantai lain, tapi deretan batu karang besar yang membentuk laguna alami dengan air laut berwarna biru jernih. Saat air surut, kamu bisa berenang di kolam-kolam alami ini. Rasanya seperti punya infinity pool pribadi dengan pemandangan laut lepas!

Cara ke Kedung Tumpang dari Surabaya:
  • Naik bus jurusan Surabaya – Tulungagung dari Terminal Bungurasih (sekitar 3–4 jam).
  • Dari Terminal Tulungagung, sewa motor atau naik ojek ke Pantai Kedung Tumpang (sekitar 1,5 jam perjalanan).
  • Jalan kaki sekitar 15–20 menit dari area parkir menuju pantai.
Tips: Datang pagi atau sore biar gak terlalu panas, dan jangan datang saat ombak sedang tinggi karena bisa berbahaya.

2. Air Terjun Tumpak Sewu, Lumajang – Niagara dari Jawa Timur
Air terjun ini sering disebut sebagai salah satu yang paling indah di Indonesia. Bayangkan tirai air raksasa setinggi 120 meter yang mengalir deras dari tebing hijau yang subur. Dari atas, pemandangannya udah luar biasa, tapi kalau kamu suka tantangan, turun ke dasar air terjun bakal jadi pengalaman yang gak terlupakan.



Cara ke Tumpak Sewu dari Surabaya:
  • Naik kereta api ke Stasiun Malang (sekitar 2,5 jam).
  • Dari Malang, naik travel atau sewa motor ke Lumajang (sekitar 2 jam).
  • Dari pusat kota Lumajang, lanjutkan perjalanan ke Desa Sidomulyo (sekitar 1 jam) dengan motor atau ojek.
Tips: Gunakan sepatu yang nyaman karena jalur turun ke dasar cukup curam dan licin. Jangan lupa bawa baju ganti!

3. Bukit Jaddih, Bangkalan – Surga Batu Kapur di Madura
Siapa sangka Madura punya tempat seindah ini? Bukit Jaddih adalah bekas tambang batu kapur yang berubah jadi destinasi wisata unik. Tebing-tebing kapur putih menjulang tinggi dengan bentuk yang unik, menciptakan pemandangan yang mirip dengan Cappadocia di Turki. Ada juga kolam air biru yang terbentuk di tengah bukit, bikin suasana makin eksotis.

Cara ke Bukit Jaddih dari Surabaya:
  • Naik bus atau mobil pribadi lewat Jembatan Suramadu (sekitar 1 jam perjalanan).
  • Dari pusat Kota Bangkalan, sewa motor atau naik ojek ke Bukit Jaddih (sekitar 30 menit).
Tips: Datang pagi atau sore hari biar gak terlalu panas. Dan karena ini masih area tambang aktif, hati-hati saat menjelajah.

4. Pantai Klatakan, Banyuwangi – Hutan Mangrove dan Laut yang Tenang
Banyuwangi terkenal dengan Kawah Ijen dan Pantai Pulau Merah, tapi kalau kamu cari yang lebih sepi dan alami, Pantai Klatakan adalah pilihan tepat. Di sini, kamu bisa jalan-jalan di hutan mangrove, naik perahu nelayan, atau sekadar menikmati suasana pantai yang masih asri. Gak banyak turis yang datang, jadi kamu bisa menikmati ketenangan yang sulit didapat di tempat lain.

Cara ke Pantai Klatakan dari Surabaya:
  • Naik kereta api ke Stasiun Banyuwangi (sekitar 7–8 jam).
  • Dari stasiun, sewa motor atau naik ojek ke Pantai Klatakan (sekitar 1 jam perjalanan).
Tips: Bawa bekal makanan dan minuman karena belum banyak warung di sekitar pantai.

5. Goa Tetes, Lumajang – Goa Eksotis dengan Air Terjun di Dalamnya
Goa Tetes adalah tempat yang unik karena menggabungkan keindahan gua dan air terjun sekaligus. Di dalam gua ini, ada stalaktit dan stalagmit yang terus meneteskan air, menciptakan suasana yang magis. Beberapa bagian gua dihiasi lumut hijau yang bikin pemandangan makin menakjubkan.


Cara ke Goa Tetes dari Surabaya:

  • Naik kereta atau bus ke Malang.
  • Dari Malang, naik travel atau motor ke Lumajang.
  • Dari Lumajang, lanjut ke arah Pronojiwo dengan motor atau ojek (sekitar 1 jam perjalanan).
  • Dari pintu masuk, trekking ringan sekitar 30 menit untuk sampai ke Goa Tetes.
Tips: Gunakan pakaian yang cepat kering karena kamu pasti akan basah. Jangan lupa bawa senter atau headlamp buat eksplorasi lebih dalam.

Petualangan Tak Terlupakan di Jawa Timur
Jawa Timur itu kaya banget sama tempat wisata keren, dan lima hidden gem ini cuma sebagian kecil dari keindahan yang bisa kamu temukan di sini. Setiap tempat punya daya tariknya sendiri—ada yang menenangkan seperti Pantai Klatakan, ada yang menantang seperti Tumpak Sewu dan Goa Tetes, ada juga yang unik seperti Bukit Jaddih.

Kalau kamu pengen liburan yang beda dari biasanya, coba deh kunjungi salah satu (atau semuanya!) dari daftar ini. Perjalanannya mungkin gak selalu mudah, tapi pengalaman dan pemandangan yang bakal kamu dapetin dijamin sepadan.

Jadi, siap buat petualangan ke hidden gem di Jawa Timur? Ayo rencanakan perjalananmu dan nikmati keindahan yang masih jarang dijelajahi ini!


Selamat Explore
Saranghae, Nunna

Tuesday, April 8, 2025

Lakon ; Membongkar Misteri Tumbal Pementasan Romeo & Juliet


Lakon || Lia Seplia || @bukugpu ||  2024 || 280 halaman 

Rate : 5/5 ⭐

"Apa kita layak mendapatkan semua ini? Setelah semua yang terjadi?"
"Aku seperti menerima piala di atas peti mati."

Sepenggal percakapan di bagian akhir epilog novel ini sepertinya adalah petunjuk utama dari semua misteri dari novel Lakon karya Lia Seplia ini. Ah spoiler! Tidak. Meskipun kamu membaca epilog di akhir pun, saya jamin novel ini tetap layak dibaca secara utuh. Mengapa? Ada beberapa tentunya. Akan saya paparkan beberapa.



Alur Cerita yang Tak Tertebak

Novel ini tersaji dengan alur cerita yang menurut saya runut tapi unpredictable. Penulis mampu menghadirkan cerita yang intens dengan ketegangan. Pembaca diajak bertanya-tanya dan menebak siapa pembunuh dari aktor pemeran pementasan Romeo & Juliet Departemen Drama di universitas Amazhona.

Kematian Obil Ramund, mahasiswa semester lima dan anggota Zhona Lakon, memecahkan keheningan saat persiapan pementasan Romeo & Juliet. Obil adalah anggota Zhona Lakon yang terpilih sebagai pemeran Romeo. Jasadnya ditemukan secara dramatikal di panggung Hyde & Jeckyl Hall dalam keadaan dimumifikasi. Inka, staf bagian konsumsi yang juga pemeran pengganti Juliet lah yang menemukannya terpatri di sebuah plat layaknya boneka.

Dari sebuah kematian yang kemudian dikaitkan dengan rumor legenda terkait Hyde & Jeckyl Hall yang masih menjadi misteri hingga saat itu. Konon, penunggu HJH akan menyingkirkan pemeran lakon yang tidak sesuai atau tidak pantas memerankan tokohnya. Pada pementasan sebelumnya pun, pemeran utama mengalami kecelakaan. Lantas apakah teror yang dialami aktor pemeran Romeo & Juliet kali ini juga ulah penunggu HJH?

Penulis berhasil menggiring pembaca menebak dari satu tokoh ke tokoh lain sebagai pelaku teror dan pembunuhan. Namun bumbu plot twist membuat kita pembacanya dibuat memiliki berbagai ekspresi saat membaca hingga lembar terakhir novel.

Kaburnya Penokohan Antagonis dan Protagonis

Baru di novel ini, saya merasa tidak bisa sepenuhnya merasa marah kepada tokoh antagonis atau sepenuhnya berpihak pada tokoh protagonis. Tokoh-tokoh di novel ini digambarkan berada di zona abu-abu. Para mahasiswa yang tergabung dalam Zhona Lakon, Wilo, Inka, Obil, Millie, Remi, dan lain lain misalnya, mereka terbelenggu oleh impian dan ambisi sehingga mengaburkan cara mereka meraih tujuannya. Pun pada tokoh-tokoh yang terlibat, Nirah, Sanju, Bu Aria, Anna, Inspektur Herry, semuanya digambarkan memiliki peranan yang tak seutuhnya "bersih".

Pun, saat di akhir cerita terkuak siapa dalang teror dan pembunuhan itu, baik tokoh bahkan pembaca dibuat seperti tak bisa sepenuhnya menyalahkan pelaku. Karena motif yang dihadirkan mengaburkan semuanya. Meskipun tidak menutup fakta bahwa pembunuh tetaplah pembunuh. Namun, ada rasa gamang yang coba dihadirkan penulis.

Seakan kita dihadapkan pada sebuah realita bahwa kegagalan sistemik dalam dunia pendidikan bisa membuat 1-2 orang atau lebih rela melakukan apapun demi mendapatkan peluang yang dapat mengubah hidup mereka jauh lebih baik. Namun, ternyata semua itu salah.

Gaya Bahasa yang Mudah Dipahami

Novel setebal 280 halaman ini cukup mudah diselesaikan dalam sekali duduk. Bahasanya mudah dipahami, disajikan secara detail termasuk saat Wilo pemeran pengganti Romeo yang tengah menyelidiki misteri teror dan pembunuhan itu. Bagaimana ia mempelajari sejarah pementasan di HJH hingga sejarah pendirian HJH termasuk arsitekturnya. Namun, semua detail tersebut disajikan secara mengalir dan menambah suspense cerita lebih menegangkan.

Bahkan, ketika pov penceritaan lompat dari satu tokoh ke tokoh lain, semuanya bisa dibaca dengan mudah. Hanya plot twistnya saja yang tak terbaca hingga pelaku teror terungkap dari serangkaian fragmen cerita yang tersaji.

Secara keseluruhan, novel Lakon ini menarik untuk dibaca. Rasa penasaran pembaca terus dipupuk dari awal hingga klimaks plot twist cerita. Namun, pembaca dibuat "berdamai" dengan ending cerita. Kalau kamu suka cerita-cerita kriminal, misteri, yang penuh ketegangan novel Lakon ini bisa jadi pilihan sih. Novel misteri dan kriminal yang penuh ketegangan namun tetap ringan dibaca.


Selamat membaca 

Saranghae, Nunna

Friday, April 4, 2025

Cerita Romance Berbalut Pelajaran Kehidupan ala Warga Gongjin di Hometown Cha Cha Cha

 


Hi Annyeong Teman Nunna, 

Apa kabar kamu di sana? Sehat? Nunna hadir lagi untuk berbagi cerita ulasan drama Korea. Masih ingat dengan Hometown Cha Cha Cha? Iyap drama Korea yang diperankan sangat manis oleh Kim Seon Ho dan Shin Min Ah. Ingat gak kapan pertama kali Hometown Cha Cha Cha ini, 4 tahun lalu tepatnya di Agustus 2021. Masih oke lah ya kalau Nunna bahas ini sekarang. Karena pas ajaa baru kemarin Nunna rewatch drakor satu ini. Setelah kelar nonton drakor terbaru oppa Kim Seon Ho, When Life Gives You Tangerines. Nah karena porsi tayang Kim Seon Ho di situ seuprit, jadilah saya rewatch Hometown Cha Cha Cha.   

Inget banget ini adalah drakor terakhir sebelum abang Kim Seon Ho terkena skandal waktu itu yang kemudian buat doi hiatus sementara. Padahal, dari drakor Hometown Cha Cha Cha ini lah nama Kim Seon Ho makin berkibar dari sebelumnya ia juga terlibat di judul Start Up. Anyway, salah satu alasan Nunna rewatch drakor satu ini karena asli kangen banget nonton abang Seon Ho. Jadilah rewatch dan akhirnya tergelitik menulis di sini. 

Kalau yang belom nonton Hometown Cha Cha Cha dan berpikir ini cuma sekedar drakor dengan genre romance biasa. Kamu salaaah hehehe. Iya betul ada romancenya, sudah pasti kalau itu. Tapi drakor ini lebih ke cerita slice of life. 

Di balik kisah romansa mereka, drama ini juga mengangkat berbagai isu sosial yang relevan, serta menampilkan lingkungan desa yang penuh kehangatan.

Karakter yang Kuat dan Berkembang

Salah satu kekuatan utama Hometown Cha Cha Cha adalah pengembangan karakternya yang mendalam. Setiap tokoh memiliki cerita dan pertumbuhan masing-masing, yang membuat drama ini lebih dari sekadar kisah cinta biasa.

Yoon Hye-jin adalah sosok perempuan modern yang mandiri dan percaya diri, tetapi juga mengalami culture shock saat pindah ke desa. Awalnya, ia terlihat angkuh dan sulit beradaptasi, tetapi seiring waktu, ia belajar memahami dan menerima kehangatan warga Gongjin. Hye-jin berkembang dari seseorang yang individualistis menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar.

Hong Du-sik tampaknya adalah pria sempurna dengan berbagai keterampilan, tetapi di balik senyumannya, ia menyimpan trauma masa lalu. Drama ini menggali kisah Du-sik dengan sangat baik, menunjukkan bahwa seseorang bisa terlihat bahagia di luar tetapi menyimpan luka yang mendalam.

Karakter pendukung di Gongjin juga memiliki cerita yang kuat, dari Nenek Gam-ri yang bijaksana hingga Oh Chun-jae, mantan penyanyi yang masih berusaha menemukan makna hidupnya. Setiap karakter menghadirkan warna tersendiri dalam cerita.

Lingkungan Gongjin yang Menawan

Lingkungan desa Gongjin menjadi daya tarik utama dalam drama ini. Dengan latar belakang pantai yang indah dan suasana pedesaan yang hangat, Hometown Cha Cha Cha memberikan sensasi ketenangan yang kontras dengan kehidupan sibuk di kota besar.

Desa ini digambarkan sebagai tempat di mana semua orang saling mengenal dan peduli satu sama lain. Misalnya, ketika warga tahu bahwa Du-sik memiliki trauma, mereka tidak menghakimi, tetapi memberikan dukungan dengan cara mereka sendiri.

Budaya gotong royong sangat kental dalam desa ini. Ketika seseorang membutuhkan bantuan, warga akan segera turun tangan, mencerminkan nilai kekeluargaan yang semakin jarang ditemukan di kota besar.

Visual yang indah, dengan laut biru dan perbukitan hijau, memberikan perasaan damai dan nostalgia bagi penonton. Banyak yang setelah menonton drama ini ingin mengunjungi lokasi syutingnya karena keindahan alam yang disajikan.

Pesan Sosial yang Diangkat

Meskipun berbalut romansa dan komedi, Hometown Cha Cha Cha juga menyelipkan banyak pesan sosial yang relevan:

Pentingnya keseimbangan hidup. Hye-jin dan Du-sik memiliki pandangan hidup yang sangat berbeda. Hye-jin yang berasal dari kota besar terbiasa dengan kompetisi dan standar hidup tinggi, sementara Du-sik lebih menikmati kesederhanaan. Drama ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari materi, tetapi dari bagaimana kita menjalani hidup.

Menghargai setiap individu. Drama ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki beban dan perjuangan masing-masing. Kata-kata bijak dari Nenek Gam-ri kepada Du-sik, misalnya, menekankan pentingnya hidup jujur pada perasaan sendiri dan tidak terus-menerus mengorbankan kebahagiaan demi orang lain.

Isu gender dan standar sosial. Salah satu adegan yang menarik adalah ketika warga desa memberikan komentar soal pakaian olahraga Hye-jin. Ini mencerminkan bagaimana perempuan sering kali dihakimi berdasarkan penampilan mereka, sesuatu yang juga masih sering terjadi di banyak tempat.

Hometown Cha Cha Cha bukan hanya drama romansa biasa, tetapi juga sebuah kisah tentang komunitas, self-healing, dan menemukan kebahagiaan di tempat yang tak terduga. Dengan karakter yang kuat, latar desa yang menawan, dan pesan sosial yang mendalam, drama ini berhasil menyentuh hati banyak penonton.

Bagi yang menyukai drama dengan nuansa slice of life yang hangat, Hometown Cha Cha Cha adalah pilihan yang sempurna. Selain menghadirkan kisah cinta yang manis, drama ini juga mengajarkan banyak pelajaran hidup yang berharga. Jadi, siapkah kamu jatuh cinta dengan pesona Gongjin dan warganya?

Review Buku The Psychology of Money – Belajar Finansial dengan Cara yang Lebih “Manusiawi”


Hi Annyeong Teman Nunna

Buat kamu yang ingin belajar tentang uang tanpa harus pusing mikirin angka-angka rumit atau istilah ekonomi yang bikin pening, buku The Psychology of Money karya Morgan Housel ini wajib masuk daftar bacaan!

Buku ini bukan sekadar ngomongin investasi, tabungan, atau cara cepat kaya, tapi lebih ke bagaimana psikologi dan pola pikir kita mempengaruhi keputusan finansial. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan banyak cerita menarik, buku ini ngajarin kita cara bijak mengelola uang tanpa harus jadi jenius keuangan.

Kalau penasaran sama isi bukunya, yuk kita bahas lebih dalam!

Sekilas Tentang Buku & Penulisnya

Buku The Psychology of Money pertama kali terbit tahun 2020 dan langsung jadi salah satu buku keuangan paling laris. Morgan Housel, sang penulis, adalah mantan kolumnis The Wall Street Journal dan sekarang jadi partner di Collaborative Fund, sebuah perusahaan investasi.

Housel punya cara unik dalam menjelaskan konsep keuangan. Dia nggak cuma pakai data dan teori, tapi juga cerita-cerita sederhana yang relatable. Itulah kenapa buku ini gampang dipahami bahkan buat orang yang nggak punya latar belakang ekonomi.

Isi Buku: Uang Itu Nggak Cuma Soal Angka, Tapi Juga Emosi

Buku ini punya 19 bab, masing-masing membahas pola pikir dan kebiasaan manusia dalam mengelola uang. Dari keseluruhan isi buku, ada beberapa pelajaran utama yang menurutku paling menarik dan penting buat kita semua.

1. Kaya Itu Beda dengan Kelihatan Kaya

Housel menjelaskan bahwa banyak orang terlihat kaya, tapi sebenarnya nggak benar-benar kaya.

Orang yang sering pamer mobil mewah, rumah besar, atau barang branded mungkin terlihat kaya, tapi bisa jadi mereka sebenarnya penuh utang.

Sebaliknya, orang yang benar-benar kaya biasanya low profile, hidup sederhana, dan nggak terlalu peduli soal status sosial.

Pelajaran buat kita: Jangan terjebak dalam gaya hidup hedon hanya demi terlihat sukses. Lebih baik fokus membangun kekayaan yang nyata dengan cara hidup hemat dan investasi jangka panjang.

2. Keberuntungan & Risiko Itu Nyata dalam Keuangan

Housel menggunakan contoh Bill Gates untuk menjelaskan konsep ini.

Bill Gates jadi orang super kaya bukan cuma karena dia pintar, tapi juga karena dia beruntung—lahir di lingkungan yang tepat, punya akses ke komputer di usia muda, dan bisa memanfaatkan peluang.

Di sisi lain, banyak orang lain yang sama pintarnya, tapi nggak seberuntung dia.

Apa artinya buat kita?

Jangan terlalu cepat menilai kesuksesan seseorang hanya dari kerja kerasnya. Kadang, ada faktor keberuntungan yang berperan.

Sebaliknya, jangan remehkan risiko. Banyak orang bangkrut bukan karena mereka bodoh, tapi karena kena sial di saat yang salah.

Jadi, saat mengambil keputusan keuangan, kita harus menyiapkan rencana cadangan dan nggak terlalu percaya diri bahwa semuanya bakal berjalan sesuai harapan.

3. Pengelolaan Uang Itu Lebih Penting daripada Penghasilan Besar

Banyak orang berpikir kalau mau kaya, mereka harus punya gaji besar. Padahal, menurut Housel, yang lebih penting adalah bagaimana kita mengelola uang yang kita punya.

Orang dengan gaji besar tapi boros = bisa tetap miskin.

Orang dengan gaji biasa tapi disiplin menabung & investasi = bisa membangun kekayaan.

Pelajaran buat kita:

Nggak peduli seberapa besar penghasilanmu, kalau nggak bisa mengatur uang dengan baik, kamu tetap bisa mengalami krisis keuangan.

Kebiasaan kecil seperti menabung secara rutin, menghindari utang konsumtif, dan hidup sesuai kemampuan bisa bikin kondisi finansialmu jauh lebih stabil.

4. Waktu Adalah Kunci Keajaiban Keuangan

Salah satu konsep paling keren di buku ini adalah compound interest (bunga berbunga).

Housel menjelaskan bahwa kekayaan terbesar bukan datang dari berapa banyak uang yang kita hasilkan, tapi dari berapa lama uang itu bekerja untuk kita.

Contoh nyata: Warren Buffett sudah mulai berinvestasi sejak remaja. Seandainya dia baru mulai di usia 30-an atau 40-an, kekayaannya nggak akan sebesar sekarang.

Apa artinya buat kita?

Mulai menabung dan investasi secepat mungkin. Jangan tunggu sampai punya penghasilan besar.

Waktu adalah aset terbesar dalam membangun kekayaan, jadi semakin cepat kita mulai, semakin besar hasilnya di masa depan.

5. Kendalikan Emosi Saat Mengelola Uang

Banyak keputusan finansial buruk terjadi bukan karena kurang pengetahuan, tapi karena emosi kita nggak stabil.

Ketakutan & kepanikan: Saat pasar saham turun, banyak orang buru-buru menjual investasi mereka karena takut rugi, padahal kalau sabar menunggu, nilainya bisa naik lagi.

Keserakahan: Banyak orang ingin cepat kaya, akhirnya terjebak investasi bodong atau skema cepat kaya yang berisiko tinggi.

Pelajaran buat kita:

Jangan biarkan emosi menguasai keputusan finansial.

Pahami bahwa naik-turun dalam investasi itu wajar, yang penting tetap tenang dan berpikir jangka panjang.

Kenapa Buku Ini Wajib Dibaca?

Kalau kamu masih ragu apakah buku ini layak dibaca atau nggak, aku kasih beberapa alasan kenapa The Psychology of Money bisa jadi game changer dalam cara kamu melihat keuangan:

✅ Bahasanya ringan & gampang dipahami – Cocok buat pemula yang nggak punya latar belakang finansial. 

✅ Penuh cerita inspiratif – Bukan cuma teori, tapi juga kisah nyata yang relatable.

✅ Membahas aspek psikologis & emosional dalam keuangan – Ini sesuatu yang jarang dibahas di buku keuangan lain. 

✅ Bisa mengubah cara pandangmu tentang uang – Setelah baca, kamu bakal lebih bijak dalam mengambil keputusan finansial.

Uang Itu Bukan Sekadar Matematika, Tapi Tentang Perilaku

Inti dari buku ini adalah keuangan itu lebih tentang bagaimana kita bersikap, bukan seberapa pintar kita dalam berhitung.

Banyak orang gagal dalam mengelola uang bukan karena kurang pengetahuan, tapi karena nggak bisa mengontrol kebiasaan dan emosinya.

Jadi, kalau kamu pengen lebih paham cara mengelola uang tanpa harus jadi ahli keuangan, buku ini bisa jadi bacaan wajib yang bakal ngebantu kamu membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat.

Rekomendasi? 9/10! Wajib baca, terutama buat kamu yang ingin mengatur keuangan dengan lebih bijak tanpa stres!

Nah, gimana? Jadi makin penasaran buat baca bukunya langsung? Semoga review ini bisa kasih gambaran yang jelas ya! Kalau udah baca, share juga pendapat kamu tentang buku ini!